SELAMAT DATANG DI WEBLOG QSP INDONESIA. HP. +6282-301433410 (Abi) # JADWAL: Diselenggarakan Hari XXX, Tempat: di xxx. Pkl. xxx WIB -

Sabtu, 16 Mei 2015

Persepsi


Kita hidup dalam dunia benda dan manusia, suatu dunia yang membanjiri indera kita dengan berbagai stimulus. Hanya dalam keadaan yang sangat luar biasalah kita sadar akan adanya stimulus, seperti seberkas sinar, sebuah nada murni, atau pola garis hitam putih yang teratur. Dalam keadaan biasa, kita melihat suatu dunia tiga dimensi cahaya dan warna, mendengar kata, musik, dan bunyi-bunyian kompleks lainnya. Kita beriaksi untuk menguraikan pola stimulus yang biasanya hampir tidak kita sadari bagian-bagian kecilnya. Persepsi adalah proses di mana kita mengorganisasi dan menafsirkan pola stimulus ini dalam lingkungan.

Kita membahas stimulus sederhana yang secara tradisional diklasifikasikan dalam pokok bahasan ”Sensasi”. Dalam banyak hal, ciri-ciri psikologis stimulus semacam itu ditentukan oleh ciri-ciri fisiknya dengan cara yang langsung dan relatif tidak rumit. ”Kecerahan” tergantung terutama pada ”intensitas,” ”corak warna” pada panjang gelombang, dan tinggi nada pada frekuensi, dan sebagainya. Fenomena persepsi yang dipermasalahkan dalam bab ini lebih kompleks sifatnya. Suatu saat, perbedaan antara sensasi dan persepsi sangat penting secara teoritis, dengan persepsi yang dipandang sebagai proses penggabungan sensasi. Dalam bab ini garis pemisah antara pengalaman sensorik dan pengalaman persepsi jauh lebih kabur, dan tampaknya pengalaman semacam itu layak dianggap berada dalam satu rangkaian.  


Tidak seperti peristiwa sensorik sederhana, yang dapat dijelaskan dengan peristiwa sekeliling dalam sistem sensorik, fenomena persepsi dianggap tergantung pada proses yang lebih tinggi peringkatnya. Jadi, studi tentang persepsi sangat berkaitan dengan studi tentang proses kognitif, seperti ingatan dan berpikir.

Para penulis tentang persepsi terdahulu, seperti Bishop Berkeley, yang mempublikasikan suatu esei tentang topik tersebut pada tahun 1709, menganggap bahwa persepsi terdiri dari teralaminya berbagai sensasi secara serentak ketika pada saat yang bersamaan teringat sensasi lain sebelumnya yang diasosiasikan sama. Namun demikian, konstansi dan ilusi menunjukkan bahwa penghayatan itu sangatlah berbeda dari jumlah sensasi yang ditimbulkan oleh setiap bagiannya. Tidak seperti beberapa fenomena yang lebih sederhana yang dibahas pada proses sensorik, persepsi ukuran, bentuk, dan tempat (baik sebenarnya atau bayangan) tergantung dari paling sedikit variabel dua stimulus dan seringkali malah lebih. Untuk memahami fenomena yang lebih kompleks ini kita perlu menggolongkan (1) bagaimana penghayatan dihubungkan dengan variabel-variabel stimulus yang mempengaruhinya, dan (2) apa yang terjadi pada otak sehingga terjadi penghayatan itu. Studi modern tentang hal yang pertama di atas (hubungan antara variabel stimulus dan penghayatan) dapat digambarkan dengan jelas dengan memperhatikan persepsi ukuran.

            Ketika anda merasakan emosi negatif mengalir dalam hati anda, hentikan dan tarik nafas dalam-dalam, tegaskan dalam bentuk visualisasi ”Tubuh ku sekarang dalam keadaan tenang dan sekali aku menyebut nama Tuhan rilekslah seluruh tubuh ku”

            Niat dan Penciptaan Kesadaran ditemukan dalam persepsi pada saat anda merasakan realitas diri anda sekarang, dan bagaimana perasaan itu mempengaruhi anda. Sesungguhnya dari sinilah tercipta banyak respons kimia dan emosional dari tubuh dan fikiran anda. Proses tersebut berlangsung terus-menerus, dimana persepsi merangsang reaksi dan reaksi menguatkan persepsi. Kesadaran anda menjadi kuat sehingga tidak hanya meningkatkan kualitas emosional dalam hidup anda, tetapi juga mampu menciptakan dan memanggil respons fisiologis yang penting. 

Proses itu dimulai ketika sebuah emosi atau fikiran memicu kelenjar hypotalamus diotak untuk melepaskan peptide tertentu. Zat itu berpindah ke reseptor, tempat peptide itu melekat kedalam sel, menciptakan reaksi kimia yang menyimpan keadaan emosional yang sebenarnya. Apakah pikiran itu positif atau negatif pikiran yang serupa, maka pikiran serupa akan menghasilkan peptide dan emosi serupa. Proses ini memiliki dampak yang sangat besar terhadap kesadaran dan produksi energi karena luasnya keterlibatan kognitif, emosional dan biokimia.      

            Persepsi sendiri sebenarnya dapat menjadi motivasi yang cukup untuk menciptakan pandangan-pandangan positif yang mampu menjadi energi positif pada diri kita dalam menghantarkan kesuksesan kehidupan. Banyak study menunjukkan bahwa persepsi diri (Self Perception) dan ucapan diri (Self-talk) mempengaruhi tingkat seretonin dan endorphin yang mengabadikan perasaan-perasaan tanpa henti seperti depresi atau gembira. Penulis buku terkenal dunia Sandra Anne Taylor menyatakan untuk menciptakan lompatan kedasyatan menuju kesuksesan, kekayaan dan kebahagiaan sejati diperlukan suatu pola fikir atau persepsi yang kuat dimana, anda berusaha tidak memperdulikan apa yang terjadi atau yang anda alami sekarang, ingatlah anda memiliki suatu pilihan yaitu menciptakan persepsi baru. Persepsi Baru dapat mudah diwujudkan oleh seorang meditators, karena hal-hal yang menjadi reseptor negatif pada diri dan kita enolkan dan menciptakan nuansa bahagia serta persepsi baru yang akan mejadi suatu keajaiban dari diri kita.    

Dengan begitu dalam menciptakan rasa sehat, sembuh dan sukses diperlukan suatu perasaan bahagia yang dapat kita pertahankan melalui visual dan persepsi baru melalui program meditasi itu sendiri. Kemampuan anda memvisualkan rasa sehat, sembuh dan sukses dengan jelas dan pertahanan rasa bahagia itu mampu membangun suatu realitas !” minimal dimulai dari pikiran dan kesadaran seakrang anda yang akan mengoptimalkan energi potensial diri yang akan menjadi kekuatan ombak kinentik yang mampu menghantarkan segala keinginan anda. Itulah pentingnya pula tingkat kekhusyu’an kita selaku umat beragama dalam memohon atau pada saat memanjatkan do’a kepada Tuhan sangat dipentingkan peran khusyu’ sebagai gambaran persepsi positif yang kita ciptakan dalam nuansa permohonan yang pasti akan menjadi suatu perwujudan dari permohonan itu sendiri, disamping perlu adannya terlebih dahulu pengkondisian psikologis untuk mencapai dari segala keinginan permohonan atau do’a itu sendiri. Untuk menciptakan kesuksesan hidup kita harus memiliki gamabaran kesuksesan hidup yang jelas pula.              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar