SELAMAT DATANG DI WEBLOG QSP INDONESIA. HP. +6282-301433410 (Abi) # JADWAL: Diselenggarakan Hari XXX, Tempat: di xxx. Pkl. xxx WIB -

Sabtu, 16 Mei 2015

Psikologi dan Agama


David Lukoff, ia seorang "One of the leaders of the new Spiritually attuned psychology", bersama Francis Lu  dan Rober Turner, mereka menambahkan satu kategori  diagnostik baru dalam edisi keempat, Diagnostic and Stastitic Manual of Mental Disorder (DSM), Buku Induk Psikiatri, "Religious or Spiritual Problem". Mereka bergabung dengan gerakan Internasional untuk melihat psikosis tidak hanya dari perspektif biomedis saja. Mereka adalah anggota-anggota dari angkatan keempat (The Fourth Force) dalam sejarah psikologi : Psikologi Transpersonal

Pada tahun 60-an Psikosis dianggap sebagai perilaku menyimpang akibat proses belajar yang keliru. Dalam diagnosis psikiatris, jiwa sama sekali tidak dibicarakan. Inilah pandangan dunia angkatan pertama psikologi : Behaviorisme. Sampai sekitar 1970-an pandangan yang baku dalam psikiatri ialah anggapan bahwa Skizofrenia (yang waktu itu menjadi nama untuk setiap penyakit psikotis) diakibatkan oleh pengalaman masa kecil yang traumatis, terutama pengaruh ibu yang menderita kecemasan. Orang menjadi gila karena pengaruh represi pengalaman traumatis dalam tak sadarnya. Disini juga pengalaman Spiritual dianggap sebagai perilaku Obsesif dan pemenuhan keinginan dari masa kanak-kanak. Jiwa disini diperhitungkan sebagai motiv-motiv tak sadar, terutama yang berkaitan dengan seks. Inilah Angkatan kedua Psikoanalisis.   


Pada dua puluh tahun berikutnya, teori-teori psikoanalitis tentang psikosis ditinggalkan orang. Sebagai gantinya, penjelasan Neurokimiawi digunakan untuk menerangkan skizofrenia. Menurut The National Alliance for the Mentally III, Skizofrenia adalah "Biologically-Based Brain disease". Penggunaan obat-obat ajaib antipsikosis makin memperkuat posisi kelompok ini. Penyakit mental tidak ada hubungannya dengan jiwa. Ia cuman kombinasi kimiawi yang aneh dalam sistem saraf. Obatnya juga tidak terlepas dari zat-zat kimiawi. 

Pada tahun-tahun yang sama ironisnya, zat-zat kimiawi yang memberikan penjelasan materialistis untuk penyakit mental telah mengantarkan banyak orang pada pengalaman Spiritual - pada realitas diluar realitas fisik. Survei Psikiatris membuktikan bahwa 95% pasien Psikiatris memiliki keyakinan yang kuat Kepada Tuhan. Ada banyak manyan pasien yang mengenang Indah Pengalam Spiritual mereka, dan mereka ingin kembali lagi kesana.

Suara-suara protes disampaikan pada perawatan yang mengabaikan transformasi spiritual para pasien. Sally Clay, juru bicara pasien psikiatris terkenal di Amerika, menulis artikel berjudul "Stigma and Spirituality". Dia melaporkan pengalamannya selama menjadi pasien di Hartford Institute of Living (IOL), ketika ia di diagnosis menderita Skizofrenia. Dia berkata: "not a single aspect of my spiritual experience at the IOL was recogized as legitimate; neither the spiriual difficulties nor the healing that occurred at the end." Dia tidak membatah memang dia menderita psikotis pada waktu itu. Akan tetapi disamping penderitaan karena penyakitnya itu, dia juga mendapat pengalaman spiritual yang mendalam. Karena pengalaman ini diabaikan oleh para petugas kesehatan, kesembuhannya mengalami hambatan besar. 

Bersama Clay muncul juga suara protes dari kalangan psikiater sendiri. R.D. Laing dan John Perry mengkritik pandangan profesi mereka yang menganggap kegilaan sebagai penyakit. Menurut Laing, seorang Skizofrenia memang gila; tetapi dia tidak sakit. Jiwa secara keseluruhan adalah sebuah lautan luas, yang kebanyakan tidak diketahui ego. Seorang psikotis adalah orang yang bersentuhan dengan bakan tenggelam di dalam lautan tersebut. Dia menempuh perjalanan yang berbahaya mengarungi samudra jiwa untuk menemukan makna yang lebih dalam dan psikosis bukanlah breakdown tetapi breakthrough, bukan kehancuran tetapi terobosan. 

Laing adalah tokoh utama dari angkatan ketiga Psikologi : Psikologi Humanitis -esistensial. Sebagian diantara para tokoh angkatan ini seperti Jung, Frankl, Assagioliberasal dari angkatan kedua. Jung bertengkar dengan Freudkarena keinginnnya menaikkan psikoanalisis dari gejolak seksual ke pengalaman spiritual. Frankl menegaskan upaya manusia untuk mencari makna. Assagioli menegaskan tahap spiritual adalah ketika manusia berhubungan denga energi spiritual kreatif yang disebutnya sebagai suprakesadaran.   
     
Psikologi Humanitis yang disebut juga sebagai psikologi pertumbuhan, tidak lagi tumbuh pada dua dasawarsa berikutnya. Tidak muncul lagi pemikir sekaliber Maslow, Rogers, dan Perl. Sebenarnya Psikologi Humanitis sedang bermetamorfosis seperti ular yang berganti kulit untuk melahirkan angkatan yang keempat : Psikologi Transpersonal.  Psikologi Transpersonal telah menjadikan jiwa yang kini telah didefinisikan jauh diatas definisi angkatan-angkatan sebelumnya sebagai pusat kajiannya. Psikologi Transpersonal telah meniupkan kembali "ruh" yang telah dibunuh oleh Behaviorisme atau dipukul pingsan oleh psikoanalisis.

Kemudian pada 4 Januari 1993. Dr. Joseph English, Presiden The American Psychiatric Association, menemuai Paus Yohanes Paulus II dan memulai dialog dengan dosa, Tuhan dan Kedokteran. Inilah pertemuan Historis diantara dua kerajaan : Psikologi dan Agama.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar