Inilah aliran ilmu jiwa yang
tidak peduli dengan jiwa. Dimulai dari Pavlov
pada akhir abad ke 19 dan mencapai puncaknya pada ribuan eksperimen dengan
tikus yang dilakukan di Amerika pada tahun 1940 an dan 1950-an, psikologi hanya
mempelajari perilaku yang tampak dan karena itu dapat diukur. Psikologi adalah
Sains. dan sains berhubungan dengan apa saja yang diamati . "JIWA" jika didefinisikan sesuatu
yang tidak bisa diamati berada diluar wilayah psikologi.
Psikotis bukan gangguan kejiwaan,
melainkan perilaku yang menyimpang (maladaptive behavior) akibat pelaziman
(conditioning) yang terus menerus. Dasar ini semua didasari penelitian Pavlov
dengan anjing. Didepan anjing Eksperimennya yang lapar, Pavlov menyalakan
lampu. Anjing tidak mengeluarkan air liur. Kini daging disimpan dihadapannya
lalu anjing mengeluarkan air liur. Selanjutnya setiap lampu dinyalahkan !"
daging dihidangkan. Setelah beberapa kali percobaan ini dlakukan lampu
dinyalahkan Anjing pasti mengeluarkan liur walaupun daging tidak ada
dihadapannya. Air liur Anjing sudah menjadi Conditioned Response dan cahaya lampu menjadi Conditioned Stimulus.
Pada tahun 1914 ketika penelitian
pelaziman ini sedang berlangsung salah seorang mahasiswa Pavlov melaporkan
kejadian aneh dan luar biasa. Dia telah melazimkan seekor anjing untuk mampu
membedakan lingkaran dari elips. Anjing itu mengeluarkan liur saat melihat
elips tetapi tidak saat melihat lingkaran. Selanjutnya bentuk elips itu diubah
secara perlahan sampai membentuk lingkaran. Akhirnya anjing itu tidak mampu
lagi membedakan keduanya. Bahkan dalam percobaan selama 3 minggu anjing itu
menunjukkan perkembangan yang semakin tidak baik dan bahkan akhirnya hilang
sama sekali.
Pada saat yang sama perilaku
anjing itu berubah secara drastis. Anjing yang semula penurut dan patuh berubah
menjadi pemberang dan galak, ia mencabik cabik alat eksperimen dengan giginya.
Saat dibawa keruang eksperimen anjing itu menggerang dan bahkan siap menyerang.
Menurut Pavlov Anjing itu menderita Neuorosis
eksperimental. Manusia akan menderita penyakit yang sama bila dia
berhadapan dengan situasi stress yang tidak dapat diatasi. Perilaku Maladaptif
didefinisikan sebagai reaksi yang tidak dikehendaki sebagai akibat proses
belajar keliru atau stress yang berlebihan. Jadi sekali lagi apa yang anda
anggap sebagai gangguan kejiwaan tidak ada hubungannya dengan jiwa sama sekali.
Untuk megobatinya anda tidak perlu meneliti jiwanya. Suruh aja pasien anda
melakukan pelaziman yang baru yaitu kontra pelaziman (Counterconditioning).
Perilaku maladaptif juga terjadi
karena pelaziman yang menimbulkan perasaan negatif, depresi, kecemasan atau
penderitaan. Ambilah sebagai contoh eksperimen Watson yang mengambil Albert sebagai tikus percobannya. Pada tahun
1920 ia dan rekannya Rosalie Rayner yang bekerja di Johns Hopkins, memutuskan
untuk melakukan eksperimen tentang perolehan dan penghilangan rasa takut.
Subjeknya adalah Albert B. bayi sehat yang berusia 11 bulan yang tinggal
dirumah perawatan anak cacat. Ibunya adalah perawat disitu. Dalam Eksperimen itu tikus putih diberikan
kepada Albert yang dengan segera ia meraihnya. Pada saat itu ia menyentuhnya,
sebatang baja dipukul dengan palu tepat dibelakang kepalanya. Albert melonjak
jatuh kedepan dan menyembunyikan mukanya dibalik kasur. Proses ini diulangi.
Kali ini ALbert melonjak jatuh tertelungkup dan mulai menangis berguling guling
dan mencoba merangkak menjauhinya. Seminggu kemudian ketika tikus diberikan
lagi kepada Albert iabimbang dan menarik tangannya ketika tikus itu
mengendusnya. Pada enam kali berikutnya ketika setiap tikus itu didekatkan
kepadanya batang baja dipukul. Reaksi takut Albert makin lama makin kuat dan
tangisannya meledak. Akhirnya begitu tikus diperlihatkan kepadanya bahkan tanpa
ada suara apapun, Albert mulai menangis, berguling guling dan mencoba
menjauhinya secepat mungkin. Kini ia sama takutnya dengan kelinci. Dia bahkan
telah melebarkan rasa takutnya pada apapun yang berbulu, termasuk anjing, baju
berbulu. Watson dan Rayner bermaksud mengkontradiksikan dia, bila mungkin,
tetapi dia dan ibunya telah meninggalkan rumah itu dan nasib albert tidak
diketahui. (Hunts, 1982).
Kini giliran behaviorisme untuk
dimodivikasi dalam bentuk psikologi kognitif. Manusia tidak lagi dipandang
sebagai makhluk pasif yang tunduk sepenuhnya pada lingkungan. Dia bukan lagi
dianggap meja, lilin, tabula rasa, yang dapat dibentuk seenaknya dengan
stimulus stimulus, metafora manusia bukan lagi mesin tetapi pengolah informasi
dan pemecahan masalah. Secara aktif dia memperhatikan, menafsirkan, mengolah,
dna menggunakan informasi. Walaupun begitu Behaviorisme tetap saja menolak
untuk menisbahkan pengolahan informasi ini pada jiwa manusia yang tidak bisa
diamati. Dia bersih kukuh untuk tidak membicarakan kesadaran manusia. Karena
tidak pduli dengan kesadaran manusia behaviorisme hanya berlaku untuk sebagian
kecil penyakit mental. Behaviorisme telah dikritik keras karena pertama ia
telah gagal memasukan data dari pengalaman subjektif individu seperti kesadaran
diri yang sangat berarti baginya. Kedua: sperti Cinta, keberanian, keimanan,
harapan, dan putus asa dan ketiga: ia gagal secara keseluruhan memahami maslaah
nilai dan makna dalam eksistensi manusia dan masalah bagaimana mansuia harus
berhubungan satusama lain dan terakhir ia gagal mengatasi maslah pengarahan
diri. Untuk yang terakhir ini behaviorisme telah mebuang kebebasan memilih dan
penemuan diri (self determination).dari manusia (Colemen, 1976). Dan
Behaviorisme gagal untuk memperhitungkan bukan itu saja kesadaran manusia,
melainkan juga motif-motif tak sadarnya. Sekarang masuklah angkatan kedua;
Psikoanalisis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar