SELAMAT DATANG DI WEBLOG QSP INDONESIA. HP. +6282-301433410 (Abi) # JADWAL: Diselenggarakan Hari XXX, Tempat: di xxx. Pkl. xxx WIB -

Sabtu, 16 Mei 2015

Emotional


Emosi, istilah yang makna tepatnya masih membingungkan baik para ahli psikologi maupun ahli filsafat selama lebih dari satu abad. Dalam makna paling harfiah, “Oxford English Dictionary” mendefinisikan emosi sebagai “setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan mental yang hebat atau meluap luap”.

Daniel Goleman menganggap emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Ada ratusan emosi, bersama dengan campuran, variasi, mutasi dan nuansanya. Sungguh, terdapat lebih banyak penghalusan emosi daripada kata yang kita miliki untuk itu. Hingga kini, para peneliti terus berdebat tentang emosi mana benar benar yang dapat dianggap sebagai emosi primer-biru, merah dan kuningnya setiap campuran perasaan-atau bahkan mempertanyakan apakah memang ada emosi primer semacam itu.


Memahami Emosi itu sendiri, dengan pendekatan keadaan psikololgis seseorang pada umumnya digambarkan pada suatu keadaan seperti misalnya rasa takut atau rasa marah, kita akan menyadari adanya sejumlah perubahan badani – detak jantung dan nafas yang cepat, tenggorokan dan mulut yang kering, ketegangan otot yang meningkat, keringat yang mengucur, kaki dan tangan yang gemetar, ”perasaan tertekan” pada perut.

Gejala rasa takut juga pernah dilaporkan oleh para penerbang pada zaman perang Dunia II dan menggambarkan kompleksitas perubahan badaniah yang terjadi dalam keadaan emosi. Sebagian besar perubahan fisiologis yang terjadi keterbangkitan emosionsl disebabkan oleh pengaktifan bagian simpatis sistem saraf otonom pada saat mempersiapkan tubuh untuk melakukan tindakan darurat. Sistem saraf simpatis bertanggung jawab atas perubahan-perubahan berikut ini :  

-         Tekanan darah dan detak jantung yang meningkat.
-         Pernapasan yang semakin cepat.
-         Anak mata yang membesar.
-         Keringat yang meningkat sementara sekresi air liur dan lendir menurun.
-         Kadar gula darah yang meningkat untuk menyediakan energi yang lebih banyak.
-         Darah yang lebih cepat membeku ketika terjadi luka.
-         Gerak sistem gastrointestinal yang menurun; darah dialihkan dari perut dan usus ke otak dan otot rangka.
-         Bulu badan yang menegang, menyebabkan ”penegakan bulu roma.”

Bila emosi Sistem simpatis mendorong organisme untuk mengeluarkan energi dan menyebabkan menurunnya sistem parasimpatis (sistem yang menghemat energi) yang  mengambil alih dan memulihkan organisme pada keadaann normal. 

Jenis peningkatan keterbangkitan fisiologis merupakan karateristik keadaan emosional ketika organisme harus mempersiapkan tindakan, seperti: berkelahi atau melarikan diri. Beberapa respons yang sama juga muncul ketika terjadi kegembiraan yang meluap atau keterbangkitan seksual.

Intensitas Emosional 
 
Kita cukup paham pada keadaan emosi itu sendiri seperti: marah, takut, atau ber gembira. Respons fisiologis dalam ketiga kondisi itu sama. Rasa takut membuat detak jantung kita lebih cepat dan napas kita lebih kencang, demikian pula dengan rasa marah atau rupa orang yang kita cintai. Wajah kita bias memerah atau memucat ketika kita marah (tergantung individunya), dan respons yang sama terjadi bila kita merasa takut. Meskipun terdapat ukuran yang cukup akurat untuk menunjukkan kapan seorang terbangkitkan secara emosional, namun sejauh ini penelitian belum berhasil mengungkapkan pola fisiologis yang unik untuk emosi yang berbeda. Ini merupakan masalah penting. Kendati telah dilakukan penelitian panjang lebar tentang subjek, para peneliti belum mampu mengidentifikasi pola keterbangkitan fisiologis yang berbeda dari satuemosi tertentu ke emosi lain.

Ekspresi Emosional

Istilah “muak”, dalam pengertian sederhana, berarti sesuatu yang tidak menyenangkan pada cita rasa. Tetapi bila rasa muak juga menimbulkan kejengkelan, biasanya hal itu disertai kerut muka, dan seringkali diikuti gerakan seolah-olah menjauhkan diri atau menghindar dari objek yang tidak menyenangkan. Rasa muak yang ekstrim diekspresikan dengan gerakan di sekitar mulut yang mirip dengan gerakan awal orang yang akan muntah. Mulut terbuka lebar, dengan bibir atas ditarik kuat. Pengatupan sebagian kelopak mata, atau pemalingan mata atau seluruh tubuh, juga merupakan ekspresi rasa hina. Tampaknya tindakan ini menyatakan bahwa orang yang dianggap hina tersebut tidak pantas untuk dilihat atau tidak enak dipandang. Rupanya meludah merupakan tanda yang hamper universal untuk menyatakan rasa jijik atau rasa muak, dan meludah jelas merupakan penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan dari mulut.

Beberapa pakar psikologi, yang terkesan pada sifat universal dan bawaan ekspresi   wajah tertentu, yakin bahwa ekspresi dalam menentukan pengalaman emosi subjektif kita mempunyai makna yang sama penting dengan sensasi keterbangkitan internal bila secara otomatis kita bereaksi terhadap suatu situasi, pesan yang dikirim otot wajah ke otak memberitahu kita tentang emosi dasar yang kita alami, sedangkan sensasi visceral (yang terjadi lebih lambat) memberikan  isyarat tentang intensitas emosi itu. Gagasan ini mengandung arti bahwa bila Anda tersenyum dan tetap tersenyum sampai kira-kira setengah menit, Anda akan mulai merasa lebih bahagia; bila Anda cemberut, Anda akan merasa tegang dan marah.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar