Emosi, istilah yang makna tepatnya masih
membingungkan baik para ahli psikologi maupun ahli filsafat selama lebih dari
satu abad. Dalam makna paling harfiah, “Oxford English Dictionary”
mendefinisikan emosi sebagai “setiap kegiatan atau pergolakan pikiran,
perasaan, nafsu; setiap keadaan mental yang hebat atau meluap luap”.
Daniel Goleman menganggap emosi merujuk pada suatu
perasaan dan pikiran pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis dan
serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Ada ratusan emosi, bersama dengan campuran,
variasi, mutasi dan nuansanya. Sungguh, terdapat lebih banyak penghalusan emosi
daripada kata yang kita miliki untuk itu. Hingga kini, para peneliti terus
berdebat tentang emosi mana benar benar yang dapat dianggap sebagai emosi
primer-biru, merah dan kuningnya setiap campuran perasaan-atau bahkan
mempertanyakan apakah memang ada emosi primer semacam itu.
Memahami Emosi itu sendiri, dengan pendekatan
keadaan psikololgis seseorang pada umumnya digambarkan pada suatu keadaan seperti
misalnya rasa takut atau rasa marah, kita akan menyadari adanya sejumlah
perubahan badani – detak jantung dan nafas yang cepat, tenggorokan dan mulut
yang kering, ketegangan otot yang meningkat, keringat yang mengucur, kaki dan
tangan yang gemetar, ”perasaan tertekan” pada perut.
Gejala rasa takut juga pernah dilaporkan oleh para
penerbang pada zaman perang Dunia II dan menggambarkan kompleksitas perubahan
badaniah yang terjadi dalam keadaan emosi. Sebagian besar perubahan fisiologis
yang terjadi keterbangkitan emosionsl disebabkan oleh pengaktifan bagian
simpatis sistem saraf otonom pada saat mempersiapkan tubuh untuk melakukan
tindakan darurat. Sistem saraf simpatis bertanggung jawab atas perubahan-perubahan
berikut ini :
-
Tekanan
darah dan detak jantung yang meningkat.
-
Pernapasan
yang semakin cepat.
-
Anak
mata yang membesar.
-
Keringat
yang meningkat sementara sekresi air liur dan lendir menurun.
-
Kadar
gula darah yang meningkat untuk menyediakan energi yang lebih banyak.
-
Darah
yang lebih cepat membeku ketika terjadi luka.
-
Gerak
sistem gastrointestinal yang menurun; darah dialihkan dari perut dan usus ke
otak dan otot rangka.
-
Bulu
badan yang menegang, menyebabkan ”penegakan bulu roma.”
Bila emosi Sistem simpatis mendorong organisme
untuk mengeluarkan energi dan menyebabkan menurunnya sistem parasimpatis (sistem yang menghemat energi) yang mengambil alih dan memulihkan organisme pada
keadaann normal.
Jenis peningkatan keterbangkitan fisiologis
merupakan karateristik keadaan emosional ketika organisme harus mempersiapkan
tindakan, seperti: berkelahi atau melarikan diri. Beberapa respons yang sama
juga muncul ketika terjadi kegembiraan yang meluap atau keterbangkitan seksual.
Intensitas Emosional
Intensitas Emosional
Kita cukup paham pada keadaan emosi itu sendiri
seperti: marah, takut, atau ber gembira. Respons fisiologis dalam ketiga kondisi itu sama.
Rasa takut membuat detak jantung kita lebih cepat dan napas kita lebih kencang,
demikian pula dengan rasa marah atau rupa orang yang kita cintai. Wajah kita
bias memerah atau memucat ketika kita marah (tergantung individunya), dan
respons yang sama terjadi bila kita merasa takut. Meskipun terdapat ukuran yang
cukup akurat untuk menunjukkan kapan seorang terbangkitkan secara emosional,
namun sejauh ini penelitian belum berhasil mengungkapkan pola fisiologis yang
unik untuk emosi yang berbeda. Ini merupakan masalah penting. Kendati telah
dilakukan penelitian panjang lebar tentang subjek, para peneliti belum mampu
mengidentifikasi pola keterbangkitan fisiologis yang berbeda dari satuemosi
tertentu ke emosi lain.
Ekspresi Emosional
Istilah “muak”, dalam pengertian sederhana, berarti
sesuatu yang tidak menyenangkan pada cita rasa. Tetapi bila rasa muak juga
menimbulkan kejengkelan, biasanya hal itu disertai kerut muka, dan seringkali
diikuti gerakan seolah-olah menjauhkan diri atau menghindar dari objek yang
tidak menyenangkan. Rasa muak yang ekstrim diekspresikan dengan gerakan di
sekitar mulut yang mirip dengan gerakan awal orang yang akan muntah. Mulut
terbuka lebar, dengan bibir atas ditarik kuat. Pengatupan sebagian kelopak
mata, atau pemalingan mata atau seluruh tubuh, juga merupakan ekspresi rasa
hina. Tampaknya tindakan ini menyatakan bahwa orang yang dianggap hina tersebut
tidak pantas untuk dilihat atau tidak enak dipandang. Rupanya meludah merupakan
tanda yang hamper universal untuk menyatakan rasa jijik atau rasa muak, dan
meludah jelas merupakan penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan dari
mulut.
Beberapa pakar psikologi, yang terkesan pada sifat
universal dan bawaan ekspresi wajah
tertentu, yakin bahwa ekspresi dalam menentukan pengalaman emosi subjektif kita
mempunyai makna yang sama penting dengan sensasi keterbangkitan internal bila
secara otomatis kita bereaksi terhadap suatu situasi, pesan yang dikirim otot
wajah ke otak memberitahu kita tentang emosi dasar yang kita alami, sedangkan
sensasi visceral (yang terjadi lebih lambat) memberikan isyarat tentang intensitas emosi itu. Gagasan
ini mengandung arti bahwa bila Anda tersenyum dan tetap tersenyum sampai
kira-kira setengah menit, Anda akan mulai merasa lebih bahagia; bila Anda
cemberut, Anda akan merasa tegang dan marah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar