FUNGSI ANTI STRES
Penekanan Psikologis telah
diperlihatkan pada tingkat aktivasi dari sistem nerves simpatik dan poros
tentang ginjal hypothalamic pituitary. Aktivasi meningkat ini melepaskan
adrenaline, noradrenaline, dan cortisol, yang mengendalikan kecepatan-angka
hati lebih cepat, ditingkat keluaran jantung, dan arteri lebih rendah.
Perubahan ini, pada gilirannya meningkatkan tekanan darah. Aktivasi dari sistem
ini juga mempercepat kemajuan dari atherosclerosis dan dapat menyebabkan ke
plak akut pecah, hasil ischemia dari suatu perasaan tertekan dan penyakit
jantung.
Stres Reduction
Training QSP dalam mendongkrak
potensi setiap mereka para pesertanya yang melakukan metode program yang
dilatih dalam training ini, salahsatu manfaatnya adalah meredam tekanan-tekanan
psikologis yang menyerang pada umumnya para profesional dan pekerja. Menurut Charles
dan Sharason menjelaskan bahwa stres kerja terjadi ketika kemampuan individu
tidak seimbang atau tidak sesuai dengan tuntutan dalam lingkungan pekerjaannya.
Stres dalam pekerjaan menimbulkan konsekuensi yang bermacam–macam jenisnya,
baik berupa akibat kognitif, fisiologis maupun keorganisasian. Akibat kognitif
dari stres antara lain adalah ketidakmampuan mengambil keputusan yang sehat,
kurang konsentrasi, sangat peka terhadap kecaman dan rintangan mental. Akibat
fisiologis dari stres antara lain adalah tekanan darah naik, mulut kering,
berkeringat dan sebagainya. Akibat keorganisasian dari stres antara lain adalah
kemangkiran, produktivitas rendah, ketidakpuasan kerja, menurunnya ketertarikan
dan loyalitas terhadap organisasi (Gibson, Ivancevich dan Donnely, 1988).
Menurut Penelitian Beker dkk
(1987), stres yang dialami oleh seseorang akan merubah cara kerja sistem
kekebalan tubuh. Para peneliti ini juga menyimpulkan bahwa stres akan
menurunkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dengan cara menurunkan
jumlah fighting desease cells. Akibatnya, orang tersebut cenderung sering dan
mudah terserang penyakit yang cenderung lama masa penyembuhannya karena tubuh
tidak banyak memproduksi sel–sel kekebalan tubuh, ataupun sel-sel antibody
banyak yang kalah.
Dua orang peneliti yaitu Plaut
dan Friedman (1981) berhasil menemukan hubungan antara stres dengan kesehatan.
Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa stres sangat berpotensi
mempertinggi peluang seseorang untuk terinfeksi penyakit, terkena alergi serta
menurunkan system autoimmune-nya. Selain itu ditemukan pula bukti penurunan
respon antibody tubuh di saat mood seseorang sedang negatif, dan akan meningkat
naik pada saat mood seseorang sedang positif.
Adapun menurut Dr. S. Braham
(1990), ada empat macam bentuk kelompok simptom yang merupakan indikasi
munculnya dampak negatif dari stres kerja, yaitu:
a. Gejala fisik, dapat berupa
munculnya keluhan sakit kepala, gangguan tidur, kelelahan, sembelit, diare,
peningkatan tekanan darah, ketegangan otot (terutama di leher dan bahu),
penurunan nafsu makan.
b. Gejala emosional, berupa
kecemasan, depresi, perubahan suasana hati, mudah marah, gugup, self esteem
yang rendah, agresi, apatis, frustasi.
c. Gejala intelektual, berupa
kurang dan sulit berkonsentrasi, keterpakuan pada satu ide, melamun yang
berlebihan, produktivitas menurun dan tidak mampu mengambil keputusan.
d. Gejala interpersonal, berupa
pengasingan diri dari rekan sekerja, mendiamkan orang lain, mempersalahkan
orang lain, kehilangan kepercayaan terhadap orang lain, sikap defensif.
Dari hasil survei yang pernah
dilakukan oleh peneliti didapatkan data pekerja yang mengalami stres kerja yang
cukup sebanyak 11 orang. Kebanyakan subjek mengalami stres kerjanya diakibatkan
oleh beban pekerjaan yang berlebihan sehingga dampak dari stres kerja tersebut
adalah banyak pekerjaan yang tidak dapat diselesaikannya dengan tepat waktu,
dalam hubungannya dengan rekan kerja juga mengalami gangguan seperti subjek
tidak ingin diajak bicara, marah, tegang dan sulit untuk berkonsentrasi pada
pekerjaannya. Sebagaian dari subjek mengatasinya dengan cara makan yang lebih
banyak dari biasanya, menyediakan obat sakit kepala untuk diminum sewaktu-waktu
bila merasa stres, mendengarkan musik untuk menghibur diri atau bahkan terkadang
subjek tidak melakukan apa-apa sehingga mereka hanya mendiamkan saja sehingga
subjek sehingga subjek tetap saja merasakan stres dari pekerjaannya.
Adapun menurut Dr. S. Braham (1990), ada empat macam bentuk kelompok
simptom yang merupakan indikasi munculnya dampak negatif dari stres kerja,
yaitu:
a. Gejala fisik, dapat berupa
munculnya keluhan sakit kepala, gangguan tidur, kelelahan, sembelit, diare,
peningkatan tekanan darah, ketegangan otot (terutama di leher dan bahu),
penurunan nafsu makan.
b. Gejala emosional, berupa
kecemasan, depresi, perubahan suasana hati, mudah marah, gugup, self esteem
yang rendah, agresi, apatis, frustasi.
c. Gejala intelektual, berupa
kurang dan sulit berkonsentrasi, keterpakuan pada satu ide, melamun yang
berlebihan, produktivitas menurun dan tidak mampu mengambil keputusan.
d. Gejala interpersonal, berupa
pengasingan diri dari rekan sekerja, mendiamkan orang lain, mempersalahkan
orang lain, kehilangan kepercayaan terhadap orang lain, sikap defensif
Dari hasil survei yang pernah
dilakukan oleh peneliti didapatkan data pekerja yang mengalami stres kerja yang
cukup sebanyak 11 orang. Kebanyakan subjek mengalami stres kerjanya diakibatkan
oleh beban pekerjaan yang berlebihan sehingga dampak dari stres kerja tersebut
adalah banyak pekerjaan yang tidak dapat diselesaikannya dengan tepat waktu,
dalam hubungannya dengan rekan kerja juga mengalami gangguan seperti subjek
tidak ingin diajak bicara, marah, tegang dan sulit untuk berkonsentrasi pada
pekerjaannya. Sebagaian dari subjek mengatasinya dengan cara makan yang lebih
banyak dari biasanya, menyediakan obat sakit kepala untuk diminum sewaktu-waktu
bila merasa stres, mendengarkan musik untuk menghibur diri atau bahkan
terkadang subjek tidak melakukan apa-apa sehingga mereka hanya mendiamkan saja
sehingga subjek tetap saja merasakan stres dari pekerjaannya.
Amigdala Reduction
Dalam suatu penelitian di San
Fransisco Medical Centre, University of California, telah menemukan bahwa
praktek seperti yang diaplikasikan dalam Training QSP ini dapat menjinakkan
amigdala, yakni suatu wilayah otak yang merupakan pusat ingatan rasa takut.
Mereka menemukan bahwa mempraktekkan pelatihan tersebut yang sungguh-sungguh
dan teratur, maka seseorang lebih kecil kemungkinannya mengalami shock, putus
asa, kaget atau marah dibandingkan orang lain. Dalam sebuah penelitian terpisah
para ilmuwan di University of Wisconsin di Madison, menggunakan teknik scanning
baru untuk menyelidikan aktivitas otak pada sekelompok Pelaku Meditasi.
Penelitian ini mengisyaratkan bahwa orang-orang ini lebih mungkin mengalami
emosi positif.
The National Institute for Occupational Safety & Health
mendapatkan bahwa penyakit-penyakit yang berkaitan dengan stres telah membebani
perusahaan-perusahaan sebesar $ 200 milyar setahun dalam bentuk peningkatan
absensi, keterlambatan, dan tingginya turnover pegawai berbakat atau
berprestasi. Antara 70% sampai 90% dari kunjungan rumah sakit pegawai berkaitan
dengan stres. Mereka terkesima dengan penemuan, dari the national institute of
health, the university of masaachusetts, and the mind/body medical institute di
Harvard University mengatakan bahwa meditasi aktivasi theta otak tengah melalui
rangasangan musik gelombang otak dapat meningkatkan kualitas yang dibutuhkan
perusahaan dari pegawainya: penurunan aktivitas gelombang otak, peningkatan
kemampuan intuitif, konsentrasi yang lebih baik dari para pegawainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar