SELAMAT DATANG DI WEBLOG QSP INDONESIA. HP. +6282-301433410 (Abi) # JADWAL: Diselenggarakan Hari XXX, Tempat: di xxx. Pkl. xxx WIB -

Rabu, 29 April 2015

MASALAH



Kecerdasan sebenarnya ”built in” dalam jiwa setiap manusia dan menjadi istilah logis yang di istilahkan para ilmuwan adalah Sumber Daya Individu. Komitmen Intelektual yang mendewakan pencapaian nilai-nilai melalui logika dan nilai matematis, tidak bisa menjamin nilai-nilai dasar manusia itu sendiri yang sekaligus merupakan kunci bangkitnya sebuah kesuksesan hidup. Kapasitas batin yang membuat kita mengetahui sesuatu ketika pikiran kita tidak mengetahuinya. Intuisi adalah kemampuan untuk mengetahui sesuatu tanpa melalui proses reasoning atau conscious analyzing hingga kita bisa menjawab "what to do". Intuisi dalam pengertian seperti di atas, kata banyak orang malah sebenarnya semakin kita butuhkan di era informasi dan globalisasi ini.


Di era dimana informasi menjadi semakin berlimpah seperti sekarang ini, justru terkadang malah membuat kita semakin kurang informatif karena saking banyaknya informasi. Di samping itu, perubahan realitas yang dipicu oleh kemajuan teknologi, juga menuntut orang-orang tertentu harus mengambil keputusan cepat dan tepat. Untuk memutuskan sesuatu yang dasarnya informasi akurat secara internal dan eksternal, maka peranan intuisi menjadi semakin besar. Apa gunanya kita mengetahui banyak berita tentang dunia ini melalui TV, Hp, radio, internet, dan lain-lain, tetapi kita tidak mengetahui informasi yang tepat, yang membuat kita tahu apa yang mesti kita lakukan. Albert Einstein (1879-1955) mungkin punya argumen tersendiri saat mengatakan: "The only real valuable thing is intuition" Padahal, track record-nya adalah ilmuwan, yang kalau menurut lazimnya, harus berbicara mengenai pentingnya reasoning, analyzing, knowing by fact, dan seterusnya. Ada lagi yang mengartikannya sebagai cara belajar, lebih tepatnya adalah bagaimana seseorang mendapatkan informasi dan mengambil keputusan. Cara belajar yang intuitive, menurut Jean M. Kummerow, dkk (Work Types: 1997), berbeda dengan cara belajar yang sensitif (sensing: meraba materi). Bentuk cara belajar intuitive itu antara lain: abstrak, imajinatif, koleksi ide-ide, teoritis, dan original (personal uniqueness).

Pada “Training QSP”, para pesertanya akan diajarkan bagaimana membangun nilai-nilai dasar pada kesejatian diri, yang mengarah pada nilai-nilai etika dan bahkan menyentuh aspek spiritual. Ketika kita sudah sanggup melakukan sesuatu dengan cepat (tanpa perlu berpikir keras, panjang dan lama) dan tingkat akurasi yang tinggi (The unconsciously skilled), maka tingkat keahlian kita akan meningkat levelnya. Stephen R. Covey, menyebutnya sebagai habit. Untuk melatih habit, maka syaratnya harus tiga, yaitu:
a). mengasah ketrampilan
b). menambah pengetahuan
c). memiliki keinginan yang kuat

Ketertarikan para pakar terhadap adanya faktor kecerdasan baru manusia, kian meningkat. Sayangnya, tidak ada sekolah atau kursus untuk ini sehingga harus dari inisiatif sendiri. Salah satu caranya adalah dengan menjalankan intuitive learning, seperti yang disarankan dalam Training QSP yang akan membuat kita dapat mengambil keputusan secara unconsciuous (tidak usah dipikir dulu).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar