Dari klasifikasi beberapa dimensi-dimensi pskologis yang menonjol, setelah Peserta Training QSP menjalaninya secara rutin kegiatan Meditasinya, menunjukkan data yang cukup signifikan, seperti:
Pemecahan Masalah
Setiap manusia yang ada didunia ini akan menghadapi berbagai macam persoalan. Mulai dari masalah kecil sehari-hari sampai masalah besar. Jika seseorang telah merasa persoalan yang dihadapinya berat, maka dia akan mencari orang lain untuk membantu memecahkan persoalannya, mungkin dia akan meminta bantuan temannya, tetangga, keluarga atau bahkan meminta bantuan pada seorang ahli, seperti psikolog yang profesional. Penggunaan jasa konsultasi psikolog dalam menghadapi masalah seperti ini jarang di manfaatkan oleh masyarakat di Indonesia. Kebanyakan hanya masyarakat kota yang berpendidikan tinggi, yang menggunakanya. Hal ini disamping karena psikologi (dari barat) masih banyak belum dikenal orang, juga karena di dalam masyarakat sendiri ada orang-orang tertentu yang dapat juga berperan sebagai “psikolog”, yang senantiasa diminta pertolongannya untuk memecahkan berbagai macam persoalan. Misalnya Pemuka Masyarakat, Orang Pintar atau Kyai.
Di dunia Perkumpulan Meditasi, peranan “psikolog” tersebut tidak lain terdapat pada seorang Guru Spiritual Meditasi-nya. Banyak orang datang pada seorang Guru Spiritual, tidak hanya untuk belajar Meditasi, tetapi untuk memecahkan masalah yang sedang melanda kehidupan mereka, seperti: persoalan-persoalan yang ingin mereka pecahkan secara instant. Persoalan-persoalan tersebut bervariasi, mulai dari masalah kecil sehari-hari. Misalnya masalah keluarga bagaimana memberi nama anak yang baru lahir sampai anak yang belum mendapatkan sekolah, anak yang tidak menurut orang tua, anak yang juga belum mendapat jodoh, sampai masalah istri/suami yang menyeleweng. Juga masalah ekonomi keluarga karena suami menganggur karena di PHK, atau pengusaha yang sedang bangkrut. Persoalan-persoalan ini pada umumnya membawa dampak pada gangguan-gangguan kejiwaan seperti stress, tidak dapat tidur (insomnia), kesedihan yang berlarut-larut (depresi), rasa putus asa, frustasi, ingin bunuh diri atau bahkan sudah menjurus ke arah gangguan jiwa berat (schizophrenia). Juga berbagai masalah penyakit fisik seperti penyakit jantung, stroke, diabetes, hipertensi, migrane (kepala pusing separo), dll.
Dengan usaha pemecahan masalah baik fisik, psikologis, maupun sosial ini bukan berarti praktek meditasi ini sama dengan praktek-praktek perdukunan, tetapi melainkan dengan adanya pemecahan masalah lewat program kegiatan bermeditasi ini seseorang akan lebih tenang dan diharapakan lebih bijak dengan kesadaran yang penuh dan terkontrol. Dan bukan berarti kemudian orang tidak mempunyai masalah sama sekali. Dalam realitas tidaklah demikian. Setelah masalahnya terselesaikan, orang yang mengamalkan laku Meditasi ini, tetap saja menghadapi masalah silih berganti selama dia masih hidup di dunia. Tetapi bedanya, dengan bermeditasi seseorang dapat lebih kuat dan lebih tahan menghadapi berbagai macam persoalan, serta bertambah khusyu’ dalam beribadah.
Katarsis
Proses katarsis sangat dikenal dalam psikologi, terutama dalam aliran psikoanalisis. Maksudnya adalah adanya pelepasan emosi-emosi yang terpendam. Proses katarsis sangat penting bagi orang-orang yang sedang menghadapi masalah emosional. Pada umumnya orang-orang yang menghadapi masalah yang sangat berat atau menghadapi situasi yang menyedihkan, mengecewakan, menjengkelkan atau seringkali tidak mau atau tidak bisa mengungkapkanya kepada orang lain. Mereka lebih senang memendamnya dalam hatinya sendiri atau berusaha melupakanya. Tapi justru dengan menekan segala macam perasaan, emosi pikiran-pikiran yang menggangu alam bawah sadarnya, maka timbul berbagai macam gangguan-gangguan psikologis, seperti depresi, kecemasan atau berbagai bentuk penyakit fisik seperti: penyakit jantung, liver atau tekanan darah tinggi.
Di dalam konseling psikologis, seringkali seorang konselor hanya berperan sebagai media katarsis atau penampung segala macam keluhan klien yang mengungkapkan segala macam perasaan, emosi atau pikiran-pikiran yang mengganggunya. Setelah mengekpresikan diri dengan bebas dan menceritakan segala macam pikirannya, pada umumnya mereka akan merasa lebih ringan. Meskipun masalahnya belum terselesaikan, tetapi paling tidak beban bathinnya bisa berkurang. Apalagi orang itu sampai menangis. Para konselor biasanya akan membiarkanya sampai orang tersebut merasa lega. Hal ini sangat penting sebagai landasan untuk menyelesaikan persoalannya itu sendiri. Dengan tersalurnya emosi-emosi yang terpendam ini, maka orang bisa berpikir lebih jernih.
Menghadapi Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu kondisi kejiwaan yang hampir selalu dirasakan oleh setiap orang. Hal ini sering muncul terutama ketika seseorang menghadapi persoalan berat atau situasi yang menegangkan, sehingga timbul kegelisahan, kepanikan, kebingungan, ke-tidak-tenteram-an, dan sebagainya. Di jaman modern yang penuh dengan persaingan dan pertentangan yang ketat ini, tampaknya semakin banyak orang yang mengalami kecemasan. Bahkan ada seorang ahli yang mengatakan bahwa zaman sekarang ini adalah abad kecemasan (the age of anxienty). Kecemasan yang berlarut-larut akan banyak juga menimbulkan gangguan-gangguan psikologi maupun penyakit fisik.
Sejauh ini Program Pelatihan Meditasi yang berlandaskan membawa efek positif pada hal yang psikologis, seperti tidak punya mempunyai kecemasan, kebingungan dan kegelisahan sama sekali, tetapi hal ini masih tetap ada pada perasaan dan pikiran seseorang karena memang gejala ini sangat manusiawi dan diperlukan dalam kehidupan dunia. Hanya saja kecemasan ini masih bisa dikendalikan dengan penepisan tekanan pada diri, melalui seringnya kita bermeditasi yang membawa dampak suatu ketenangan dan kedamaian.
Kontrol Diri
Kontrol diri merupakan salah satu aspek psikologi yang selalu berkembang sejak kanak-kanak hingga dewasa. Seorang anak pada umumnya masih belum mempunyai kontrol diri yang baik, sehingga apa saja yang di-inginkan, apa saja yang dipikirkan, dan apa saja yang di dalam hati, semuanya diekspresikan keluar secara spontan. Misalnya saja seorang anak yang ingin makan, maka dia tidak peduli apakah ibunya sedang menerima tamu atau sedang sholat, langsung saja dia berteriak minta makan. Demikian juga kalau dia merasa jengkel, kadang-kadang mainannya yang disenangi dibantingnya sendiri. Ketika menginjak masa remaja, kemampuan mengontrol diri ini sangat diperlukan, karena dorongan-dorongan dan nafsu-nafsu keinginannya semakin menggejolak. Terutama dorongan seksual dan dorongan agresif, jika seorang remaja tidak mempunyai kontrol diri yang baik, maka dia akan dikuasai oleh dorongan-dorongan ini, sehingga akibatnya timbullah beraneka ragam macam bentuk kenakalan remaja, misalnya perkelahian, hamil sebelum nikah dan sebagainya. Kontrol diri ini kalau tidak berkembang dengan baik akan menghambat proses pendewasaan seseorang, karena salah satu indikasi dari taraf kedewasaan seseorang adalah sejauh mana kemampuannya mengontrol diri sendiri. Semakin bertambah dewasa seseorang, maka semakin pandai dia menguasai dan mengendalikan dirinya sendiri.
Pemahaman Insight
merupakan kesadaran atau pemahaman seseorang tentang suatu hal yang terjadi secara tiba-tiba. Kesadaran ini dapat berupa pemahaman tentang sesuatu dalam dirinya sendiri, terhadap problem yang sedang dihadapi atau yang berkaitan dengan pemahaman intelektual.
Untuk mendapatkan insight yang berupa pemahaman terhadap diri sendiri merupakan salah satu tugas konselor dalam suatu konsultasi psikologi. Tetapi untuk membawa seorang klien yang sedang menghadapi masalah agar memperoleh insight, kadang membutuhkan waktu yang cukup lama. Ini dikarenakan kebanyakan orang menggunakan mekanisme pertahan diri (defens mechanism). Artinya orang cendrung secara tidak sadar untuk membentengi dirinya sendiri dari bahaya yang mengancam harga dirinya dengan menggunakan berbagai macam cara. Misalnya orang yang telah melakukan perbuatan yang salah, kemudian menggunakan mekanisme pertahanan diri rasionalisasi (membuat berbagai macam alasan yang rasional atau masuk akal supaya terhindar dari perasaan bersalah). Atau ada orang yang menggunakan cara penolakan, artinya orang mengakui bahwa dia telah melakukan perbuatan yang memalukan. Ada juga orang yang cendrung menggunakan cara represi atau menekan keadaan yang memalukan itu kedalam alam ketidak-sadaran. Sementara orang lain mungkin menggunakan cara agresi, marah, bahkan menyerang ketika dirinya merasa terancam.
Mekanisme pertahanan diri dalam beberapa hal dibutuhkan untuk menjaga stabibilitas jiwa seseorang, tapi kalau berlebihan justru akan menghalangi orang tersebut untuk mencapai kesadaran diri dan memperoleh insight.
Di dalam Meditasi, timbulnya insight ini tampak ketika seorang mendapatkan pelajaran awal dalam bermeditasi. Pada saat mereka bermeditasi orang akan terbuka pintu hatinya, tidak bisa lagi menggunakan berbagai macam topeng-topeng mekanisme pertahanan diri lagi. Dia langsung merasa berhadapan dengan dirinya, sehingga apa saja yang pernah di lakukanya tak bisa di pungkiri lagi. Bahkan apa saja yang tersimpan dalam hatinya terbongkar semua, dalam bentuk sensasional selama bermeditasi seperti berteriak sendiri, salah satu organ tubuh bergerak sendiri, menari, tertawa sendiri bahkan sampai dari mereka menangis.
Insight yang berhubungan dengan pemecahan masalah dalam bermeditasi sering terjadi ketika orang sedang melakukan Meditasi. Sebelum bermeditasi biasanya orang masih memiliki pikiran yang kotor, sehingga dapat mengganggu untuk berpikir jernih. Ketika bermeditasi, pikiran-pikiran yang mengganggu itu hilang, lalu timbullah ide yang baru. Kalau masalah ini didiskusikan dan diperdebatkan maka tak ada penyelesaianya. Tetapi kalau orang sudah melaksanakan sendiri bermeditasi, masalah-masalah itu akan dipahaminya sendiri. Ibarat yang sering digunakan ialah tentang masalah orang yang mendiskusikan bagaimana manisnya madu. Kalau seorang belum pernah makan soto, dia tidak bisa memahami bahwa soto itu enak dan gurih. Dia mungkin membantah bahwa soto itu rasanya pahit. Tetapi kalau sudah makan soto itu sendiri maka tak perlu ada perdebatan bahwa soto itu rasanya manis atau gurih.
Individuasi
Individuasi adalah konsep yang dikemukakan oleh seorang tokoh psikologi analisis yaitu Carl Gustav Jung. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan proses seseorang menemukan “dirinya yang sejati” (self). Dibandingkan dengan timbulnya insight, proses individuasi lebih dalam dan komplek, karena proses Individuasi menyangkut alam ketidak-sadaran seseorang (unconciousness), yang lebih dalam.
Menurut Jung, untuk dapat mencapai taraf individuasi, seseorang harus menyadari unsur-unsur ketidaksadaran yang ada dalam dirinya sendiri, baik berupa keinginan, harapan, dorongan-dorongan hawa nafsu dan sebagainya. Dalam proses individuasi, unsur-unsur ketidaksadaran itu harus berada dibawah kontrol kesadaran seseorang dan dipadukan secara harmonis dengan realitas. Yang lebih penting lagi, orang harus bisa melampaui rasa ke-aku-an (egoisme) untuk bisa menemukan dirinya yang sejati. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan suatu perjuangan dengan melakukan disiplin spiritual yang terus-menerus. Perjuangan ini mungkin penuh penderitaan, seperti merasa sepi, sunyi, dan terpisah dari orang-orang lain. Setelah orang berhasil mengatasi berbagai rintangan, maka sampailah dia pada penemuan diri-nya yang sejati. Orang yang telah mencapai individuasi menurut Jung, akan dapat mengerti dan memahami siapa dirinya yang hakiki. Bahkan Jung mengatakan bahwa, kalau orang sudah dapat bertemu dengan dirinya sendiri itu maka dia akan dapat bertemu dengan Tuhan.
Konsep alam ketidaksadaran dalam Psikologi ini tidak lain adalah alam yang ada di dalam qolbu (hati) atau perasaan kita. Pada waktu melakukan laku meditasi sambil memuji nama Tuhan (Dzikir bagi muslim), seseorang memerangi dirinya sendiri, nafsu-nafsu dan keakuannya yang menghalangi untuk mencapai dirinya yang sejati dan mencapai Tuhannya. Alam yang semula tidak disadarinya itu, sedikit demi sedikit mulai disadari oleh pelaku Meditasi. Dalam melaksanakan laku meditasi yang terprogram dimana seseorang akan melewati proses menembus alam ketidaksadarannya (alam qolbu / mikro kosmos).
Makna Hidup
Masalah makna hidup ini banyak dibahas dalam ilmu psikologi Eksistensial. Salah seorang tokohnya yang banyak membahas masalah tersebut adalah Victor Frankl, seorang psikiater dari Austria. Menurut Frankl pada dasarnya manusia selalu menginginkan hidupnya selalu bermakna. Hidup yang tidak berarti membuat orang mengalami kehampaan eksistensial dan selanjutnya akan menimbulkan frustasi eksistensial (frustasi kerena tidak bisa memenuhi keinginanya kepada makna)
Dalam kehidupan modern yang penuh dengan berbagai macam kemajuan ilmu dan teknologi ini, ternyata banyak orang yang memiliki pangkat tinggi serta memiliki ilmu yang banyak serta harta yang berlimpah, tapi mereka mengalami kekosongan batin. Oleh karena itu menurut Frankl banyak orang yang bisa mengalami penyakit Mr/Mrs. Excecutive desease (penyakit bapak/ ibu kaum eklusif), yaitu satu penyakit yang menghinggapi kaum eksekutif dan pekerja profesional. Karena mereka gagal menemukan makna hidup, kemudian mereka menemukan kompensasi dengan membenamkan diri dalam pekerjaannya atau lari kepada alkohol, obat bius, seks dan judi.
Tradisi Meditasi juga ternyata mempunyai kepentingan dengan masalah hidup ini. Di dalam dunia Meditasi, orang belajar menemukan eksistensi (keberadaan) dirinya sendiri yang sejati: Siapa sebenarnya dirinya dan apa yang harus di lakukanya pada hidup ini. Di samping itu mereka juga mengisi jiwanya dengan selalu berdzikir kepada Tuhan, sehingga mereka tidak lagi merasakan kekosongan batin. Setiap saat hati, jiwa batin, mereka di isi dengan dzikrullah (Istilah Islam).
Kesadaran Lain (Altered States of Conciousness)
ASC = Altered states of consciousness adalah suatu kesadaran yang berubah atau yang berbeda dengan kesadaran orang dalam keadaan normal. Konsep ini sekarang banyak dibicarakan dalam psikologi transpersonal. Sebenarnya masalah kesadaran yang berbeda dengan kesadaran dengan orang normal sudah dibicarakan dalam psikologi. Tetapi pada umumnya mereka hanya menaruh perhatian pada terhadap kesadaran yang “abnormal” saja, yaitu: kesadaran orang-orang yang mengalami gangguan jiwa. Sedangkan kesadaran yang “supernormal”, yaitu kesadaran yang umumnya di miliki oleh orang-orang yang memiliki wawasan spiritual atau memiliki tingkat kerohanian yang tinggi, seperti cosmic conciousness (kesadaran jagat raya) atau mystical conciousness (kesadaran mistik) tampaknya belum pernah atau jarang dibicarakan. Bahkan ada sementara tokoh yang justru menganggap kesadaran yang timbul pada orang-orang yang memiliki kerohanian yang tinggi itu sama saja dengan kesadaran orang yang mengalami gangguan. Karena kedua bentuk kesadaran ini memang memiliki ciri-ciri yang sama, meskipun secara esensial keduanya jauh berbeda. Kesadaran ”abnormal” pada umumnya bersifat negatif, sedangkan kesadaran ”supernormal” bersifat positif. Ciri-ciri dari pengalaman ASC antara lain ditandai dengan:
(1) adanya perubahan dalam fungsi kognitif/pikiran;
(2) perubahan dalm suasana hati;
(3) perubahan dalam persepsi atau cara memandang dunia luar;
(4) perubahan dalam persepsi atau kesadaran diri;
(5) perubahan perasaan tentang waktu;
(6) perubahan fungsi panca indera.
Di dalam Meditasi, pangamatan ASC ini muncul akibat dari Meditasi dan mantra-mantra suci atau bagi seorang muslim ”Dzikrullah” yang dibaca saat melakukan teknik program praktek Meditasi, maupun terjadi sesudahnya. Perubahan kognitif ini terjadi pada waktu meditasi serta sambil membaca puji-pujian Kepada Tuhan, dan terlihat pada hilangnya pengaruh pikiran-pikiran yang mengganggu dan digeser hanya ingat kepada Tuhan, sehingga timbullah konsentrasi dan rasa khusyu’.
Perubahan fungsi panca indera sebagai efek dari meditasi pada umumnya telah mengarah pada persoalan kegaiban. Misalnya orang dapat melihat sesuatu yang tidak ada wujud fisiknya, mendengar sesuatu, atau mencium sesuatu. Selain itu berbagai macam bentuk gejala paranormal juga sering terjadi. Dalam literatur-literatur Meditasi kejadian seperti ini banyak ditemui. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa ternyata kejadian-kejadian seperti itu bukan suatu tujuan bahkan tidak boleh di-inginkan oleh seorang pelaku Meditasi, karena akan mengganggu keikhlasan mereka dalam bermeditasi dan ingat kepada Tuhan.
Dari berbagai kasus di atas bahwa ASC yang terjadi dalam dunia meditasi pada umumnya bersifat positif, jauh dari gejala-gejala abnormalitas. Sehingga kalau ada orang yang mengatakan bahwa kalau melaksanakan laku Meditasi bisa membuat orang tidak waras, maka hal tersebut tidak benar.
Selain itu yang perlu dicatat di sini adalah mengenai fungsi ASC yang positif menurut beberapa literatur-literatur Psikologi Transpersonal, seperti untuk menyembuhkan, timbulnya pengetahuan dan pemahaman baru serta mempunyai fungsi sosial, ternyata hal tersebut banyak terjadi di dalam Meditasi.
Pemecahan Masalah
Setiap manusia yang ada didunia ini akan menghadapi berbagai macam persoalan. Mulai dari masalah kecil sehari-hari sampai masalah besar. Jika seseorang telah merasa persoalan yang dihadapinya berat, maka dia akan mencari orang lain untuk membantu memecahkan persoalannya, mungkin dia akan meminta bantuan temannya, tetangga, keluarga atau bahkan meminta bantuan pada seorang ahli, seperti psikolog yang profesional. Penggunaan jasa konsultasi psikolog dalam menghadapi masalah seperti ini jarang di manfaatkan oleh masyarakat di Indonesia. Kebanyakan hanya masyarakat kota yang berpendidikan tinggi, yang menggunakanya. Hal ini disamping karena psikologi (dari barat) masih banyak belum dikenal orang, juga karena di dalam masyarakat sendiri ada orang-orang tertentu yang dapat juga berperan sebagai “psikolog”, yang senantiasa diminta pertolongannya untuk memecahkan berbagai macam persoalan. Misalnya Pemuka Masyarakat, Orang Pintar atau Kyai.
Di dunia Perkumpulan Meditasi, peranan “psikolog” tersebut tidak lain terdapat pada seorang Guru Spiritual Meditasi-nya. Banyak orang datang pada seorang Guru Spiritual, tidak hanya untuk belajar Meditasi, tetapi untuk memecahkan masalah yang sedang melanda kehidupan mereka, seperti: persoalan-persoalan yang ingin mereka pecahkan secara instant. Persoalan-persoalan tersebut bervariasi, mulai dari masalah kecil sehari-hari. Misalnya masalah keluarga bagaimana memberi nama anak yang baru lahir sampai anak yang belum mendapatkan sekolah, anak yang tidak menurut orang tua, anak yang juga belum mendapat jodoh, sampai masalah istri/suami yang menyeleweng. Juga masalah ekonomi keluarga karena suami menganggur karena di PHK, atau pengusaha yang sedang bangkrut. Persoalan-persoalan ini pada umumnya membawa dampak pada gangguan-gangguan kejiwaan seperti stress, tidak dapat tidur (insomnia), kesedihan yang berlarut-larut (depresi), rasa putus asa, frustasi, ingin bunuh diri atau bahkan sudah menjurus ke arah gangguan jiwa berat (schizophrenia). Juga berbagai masalah penyakit fisik seperti penyakit jantung, stroke, diabetes, hipertensi, migrane (kepala pusing separo), dll.
Dengan usaha pemecahan masalah baik fisik, psikologis, maupun sosial ini bukan berarti praktek meditasi ini sama dengan praktek-praktek perdukunan, tetapi melainkan dengan adanya pemecahan masalah lewat program kegiatan bermeditasi ini seseorang akan lebih tenang dan diharapakan lebih bijak dengan kesadaran yang penuh dan terkontrol. Dan bukan berarti kemudian orang tidak mempunyai masalah sama sekali. Dalam realitas tidaklah demikian. Setelah masalahnya terselesaikan, orang yang mengamalkan laku Meditasi ini, tetap saja menghadapi masalah silih berganti selama dia masih hidup di dunia. Tetapi bedanya, dengan bermeditasi seseorang dapat lebih kuat dan lebih tahan menghadapi berbagai macam persoalan, serta bertambah khusyu’ dalam beribadah.
Katarsis
Proses katarsis sangat dikenal dalam psikologi, terutama dalam aliran psikoanalisis. Maksudnya adalah adanya pelepasan emosi-emosi yang terpendam. Proses katarsis sangat penting bagi orang-orang yang sedang menghadapi masalah emosional. Pada umumnya orang-orang yang menghadapi masalah yang sangat berat atau menghadapi situasi yang menyedihkan, mengecewakan, menjengkelkan atau seringkali tidak mau atau tidak bisa mengungkapkanya kepada orang lain. Mereka lebih senang memendamnya dalam hatinya sendiri atau berusaha melupakanya. Tapi justru dengan menekan segala macam perasaan, emosi pikiran-pikiran yang menggangu alam bawah sadarnya, maka timbul berbagai macam gangguan-gangguan psikologis, seperti depresi, kecemasan atau berbagai bentuk penyakit fisik seperti: penyakit jantung, liver atau tekanan darah tinggi.
Di dalam konseling psikologis, seringkali seorang konselor hanya berperan sebagai media katarsis atau penampung segala macam keluhan klien yang mengungkapkan segala macam perasaan, emosi atau pikiran-pikiran yang mengganggunya. Setelah mengekpresikan diri dengan bebas dan menceritakan segala macam pikirannya, pada umumnya mereka akan merasa lebih ringan. Meskipun masalahnya belum terselesaikan, tetapi paling tidak beban bathinnya bisa berkurang. Apalagi orang itu sampai menangis. Para konselor biasanya akan membiarkanya sampai orang tersebut merasa lega. Hal ini sangat penting sebagai landasan untuk menyelesaikan persoalannya itu sendiri. Dengan tersalurnya emosi-emosi yang terpendam ini, maka orang bisa berpikir lebih jernih.
Menghadapi Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu kondisi kejiwaan yang hampir selalu dirasakan oleh setiap orang. Hal ini sering muncul terutama ketika seseorang menghadapi persoalan berat atau situasi yang menegangkan, sehingga timbul kegelisahan, kepanikan, kebingungan, ke-tidak-tenteram-an, dan sebagainya. Di jaman modern yang penuh dengan persaingan dan pertentangan yang ketat ini, tampaknya semakin banyak orang yang mengalami kecemasan. Bahkan ada seorang ahli yang mengatakan bahwa zaman sekarang ini adalah abad kecemasan (the age of anxienty). Kecemasan yang berlarut-larut akan banyak juga menimbulkan gangguan-gangguan psikologi maupun penyakit fisik.
Sejauh ini Program Pelatihan Meditasi yang berlandaskan membawa efek positif pada hal yang psikologis, seperti tidak punya mempunyai kecemasan, kebingungan dan kegelisahan sama sekali, tetapi hal ini masih tetap ada pada perasaan dan pikiran seseorang karena memang gejala ini sangat manusiawi dan diperlukan dalam kehidupan dunia. Hanya saja kecemasan ini masih bisa dikendalikan dengan penepisan tekanan pada diri, melalui seringnya kita bermeditasi yang membawa dampak suatu ketenangan dan kedamaian.
Kontrol Diri
Kontrol diri merupakan salah satu aspek psikologi yang selalu berkembang sejak kanak-kanak hingga dewasa. Seorang anak pada umumnya masih belum mempunyai kontrol diri yang baik, sehingga apa saja yang di-inginkan, apa saja yang dipikirkan, dan apa saja yang di dalam hati, semuanya diekspresikan keluar secara spontan. Misalnya saja seorang anak yang ingin makan, maka dia tidak peduli apakah ibunya sedang menerima tamu atau sedang sholat, langsung saja dia berteriak minta makan. Demikian juga kalau dia merasa jengkel, kadang-kadang mainannya yang disenangi dibantingnya sendiri. Ketika menginjak masa remaja, kemampuan mengontrol diri ini sangat diperlukan, karena dorongan-dorongan dan nafsu-nafsu keinginannya semakin menggejolak. Terutama dorongan seksual dan dorongan agresif, jika seorang remaja tidak mempunyai kontrol diri yang baik, maka dia akan dikuasai oleh dorongan-dorongan ini, sehingga akibatnya timbullah beraneka ragam macam bentuk kenakalan remaja, misalnya perkelahian, hamil sebelum nikah dan sebagainya. Kontrol diri ini kalau tidak berkembang dengan baik akan menghambat proses pendewasaan seseorang, karena salah satu indikasi dari taraf kedewasaan seseorang adalah sejauh mana kemampuannya mengontrol diri sendiri. Semakin bertambah dewasa seseorang, maka semakin pandai dia menguasai dan mengendalikan dirinya sendiri.
Pemahaman Insight
merupakan kesadaran atau pemahaman seseorang tentang suatu hal yang terjadi secara tiba-tiba. Kesadaran ini dapat berupa pemahaman tentang sesuatu dalam dirinya sendiri, terhadap problem yang sedang dihadapi atau yang berkaitan dengan pemahaman intelektual.
Untuk mendapatkan insight yang berupa pemahaman terhadap diri sendiri merupakan salah satu tugas konselor dalam suatu konsultasi psikologi. Tetapi untuk membawa seorang klien yang sedang menghadapi masalah agar memperoleh insight, kadang membutuhkan waktu yang cukup lama. Ini dikarenakan kebanyakan orang menggunakan mekanisme pertahan diri (defens mechanism). Artinya orang cendrung secara tidak sadar untuk membentengi dirinya sendiri dari bahaya yang mengancam harga dirinya dengan menggunakan berbagai macam cara. Misalnya orang yang telah melakukan perbuatan yang salah, kemudian menggunakan mekanisme pertahanan diri rasionalisasi (membuat berbagai macam alasan yang rasional atau masuk akal supaya terhindar dari perasaan bersalah). Atau ada orang yang menggunakan cara penolakan, artinya orang mengakui bahwa dia telah melakukan perbuatan yang memalukan. Ada juga orang yang cendrung menggunakan cara represi atau menekan keadaan yang memalukan itu kedalam alam ketidak-sadaran. Sementara orang lain mungkin menggunakan cara agresi, marah, bahkan menyerang ketika dirinya merasa terancam.
Mekanisme pertahanan diri dalam beberapa hal dibutuhkan untuk menjaga stabibilitas jiwa seseorang, tapi kalau berlebihan justru akan menghalangi orang tersebut untuk mencapai kesadaran diri dan memperoleh insight.
Di dalam Meditasi, timbulnya insight ini tampak ketika seorang mendapatkan pelajaran awal dalam bermeditasi. Pada saat mereka bermeditasi orang akan terbuka pintu hatinya, tidak bisa lagi menggunakan berbagai macam topeng-topeng mekanisme pertahanan diri lagi. Dia langsung merasa berhadapan dengan dirinya, sehingga apa saja yang pernah di lakukanya tak bisa di pungkiri lagi. Bahkan apa saja yang tersimpan dalam hatinya terbongkar semua, dalam bentuk sensasional selama bermeditasi seperti berteriak sendiri, salah satu organ tubuh bergerak sendiri, menari, tertawa sendiri bahkan sampai dari mereka menangis.
Insight yang berhubungan dengan pemecahan masalah dalam bermeditasi sering terjadi ketika orang sedang melakukan Meditasi. Sebelum bermeditasi biasanya orang masih memiliki pikiran yang kotor, sehingga dapat mengganggu untuk berpikir jernih. Ketika bermeditasi, pikiran-pikiran yang mengganggu itu hilang, lalu timbullah ide yang baru. Kalau masalah ini didiskusikan dan diperdebatkan maka tak ada penyelesaianya. Tetapi kalau orang sudah melaksanakan sendiri bermeditasi, masalah-masalah itu akan dipahaminya sendiri. Ibarat yang sering digunakan ialah tentang masalah orang yang mendiskusikan bagaimana manisnya madu. Kalau seorang belum pernah makan soto, dia tidak bisa memahami bahwa soto itu enak dan gurih. Dia mungkin membantah bahwa soto itu rasanya pahit. Tetapi kalau sudah makan soto itu sendiri maka tak perlu ada perdebatan bahwa soto itu rasanya manis atau gurih.
Individuasi
Individuasi adalah konsep yang dikemukakan oleh seorang tokoh psikologi analisis yaitu Carl Gustav Jung. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan proses seseorang menemukan “dirinya yang sejati” (self). Dibandingkan dengan timbulnya insight, proses individuasi lebih dalam dan komplek, karena proses Individuasi menyangkut alam ketidak-sadaran seseorang (unconciousness), yang lebih dalam.
Menurut Jung, untuk dapat mencapai taraf individuasi, seseorang harus menyadari unsur-unsur ketidaksadaran yang ada dalam dirinya sendiri, baik berupa keinginan, harapan, dorongan-dorongan hawa nafsu dan sebagainya. Dalam proses individuasi, unsur-unsur ketidaksadaran itu harus berada dibawah kontrol kesadaran seseorang dan dipadukan secara harmonis dengan realitas. Yang lebih penting lagi, orang harus bisa melampaui rasa ke-aku-an (egoisme) untuk bisa menemukan dirinya yang sejati. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan suatu perjuangan dengan melakukan disiplin spiritual yang terus-menerus. Perjuangan ini mungkin penuh penderitaan, seperti merasa sepi, sunyi, dan terpisah dari orang-orang lain. Setelah orang berhasil mengatasi berbagai rintangan, maka sampailah dia pada penemuan diri-nya yang sejati. Orang yang telah mencapai individuasi menurut Jung, akan dapat mengerti dan memahami siapa dirinya yang hakiki. Bahkan Jung mengatakan bahwa, kalau orang sudah dapat bertemu dengan dirinya sendiri itu maka dia akan dapat bertemu dengan Tuhan.
Konsep alam ketidaksadaran dalam Psikologi ini tidak lain adalah alam yang ada di dalam qolbu (hati) atau perasaan kita. Pada waktu melakukan laku meditasi sambil memuji nama Tuhan (Dzikir bagi muslim), seseorang memerangi dirinya sendiri, nafsu-nafsu dan keakuannya yang menghalangi untuk mencapai dirinya yang sejati dan mencapai Tuhannya. Alam yang semula tidak disadarinya itu, sedikit demi sedikit mulai disadari oleh pelaku Meditasi. Dalam melaksanakan laku meditasi yang terprogram dimana seseorang akan melewati proses menembus alam ketidaksadarannya (alam qolbu / mikro kosmos).
Makna Hidup
Masalah makna hidup ini banyak dibahas dalam ilmu psikologi Eksistensial. Salah seorang tokohnya yang banyak membahas masalah tersebut adalah Victor Frankl, seorang psikiater dari Austria. Menurut Frankl pada dasarnya manusia selalu menginginkan hidupnya selalu bermakna. Hidup yang tidak berarti membuat orang mengalami kehampaan eksistensial dan selanjutnya akan menimbulkan frustasi eksistensial (frustasi kerena tidak bisa memenuhi keinginanya kepada makna)
Dalam kehidupan modern yang penuh dengan berbagai macam kemajuan ilmu dan teknologi ini, ternyata banyak orang yang memiliki pangkat tinggi serta memiliki ilmu yang banyak serta harta yang berlimpah, tapi mereka mengalami kekosongan batin. Oleh karena itu menurut Frankl banyak orang yang bisa mengalami penyakit Mr/Mrs. Excecutive desease (penyakit bapak/ ibu kaum eklusif), yaitu satu penyakit yang menghinggapi kaum eksekutif dan pekerja profesional. Karena mereka gagal menemukan makna hidup, kemudian mereka menemukan kompensasi dengan membenamkan diri dalam pekerjaannya atau lari kepada alkohol, obat bius, seks dan judi.
Tradisi Meditasi juga ternyata mempunyai kepentingan dengan masalah hidup ini. Di dalam dunia Meditasi, orang belajar menemukan eksistensi (keberadaan) dirinya sendiri yang sejati: Siapa sebenarnya dirinya dan apa yang harus di lakukanya pada hidup ini. Di samping itu mereka juga mengisi jiwanya dengan selalu berdzikir kepada Tuhan, sehingga mereka tidak lagi merasakan kekosongan batin. Setiap saat hati, jiwa batin, mereka di isi dengan dzikrullah (Istilah Islam).
Kesadaran Lain (Altered States of Conciousness)
ASC = Altered states of consciousness adalah suatu kesadaran yang berubah atau yang berbeda dengan kesadaran orang dalam keadaan normal. Konsep ini sekarang banyak dibicarakan dalam psikologi transpersonal. Sebenarnya masalah kesadaran yang berbeda dengan kesadaran dengan orang normal sudah dibicarakan dalam psikologi. Tetapi pada umumnya mereka hanya menaruh perhatian pada terhadap kesadaran yang “abnormal” saja, yaitu: kesadaran orang-orang yang mengalami gangguan jiwa. Sedangkan kesadaran yang “supernormal”, yaitu kesadaran yang umumnya di miliki oleh orang-orang yang memiliki wawasan spiritual atau memiliki tingkat kerohanian yang tinggi, seperti cosmic conciousness (kesadaran jagat raya) atau mystical conciousness (kesadaran mistik) tampaknya belum pernah atau jarang dibicarakan. Bahkan ada sementara tokoh yang justru menganggap kesadaran yang timbul pada orang-orang yang memiliki kerohanian yang tinggi itu sama saja dengan kesadaran orang yang mengalami gangguan. Karena kedua bentuk kesadaran ini memang memiliki ciri-ciri yang sama, meskipun secara esensial keduanya jauh berbeda. Kesadaran ”abnormal” pada umumnya bersifat negatif, sedangkan kesadaran ”supernormal” bersifat positif. Ciri-ciri dari pengalaman ASC antara lain ditandai dengan:
(1) adanya perubahan dalam fungsi kognitif/pikiran;
(2) perubahan dalm suasana hati;
(3) perubahan dalam persepsi atau cara memandang dunia luar;
(4) perubahan dalam persepsi atau kesadaran diri;
(5) perubahan perasaan tentang waktu;
(6) perubahan fungsi panca indera.
Di dalam Meditasi, pangamatan ASC ini muncul akibat dari Meditasi dan mantra-mantra suci atau bagi seorang muslim ”Dzikrullah” yang dibaca saat melakukan teknik program praktek Meditasi, maupun terjadi sesudahnya. Perubahan kognitif ini terjadi pada waktu meditasi serta sambil membaca puji-pujian Kepada Tuhan, dan terlihat pada hilangnya pengaruh pikiran-pikiran yang mengganggu dan digeser hanya ingat kepada Tuhan, sehingga timbullah konsentrasi dan rasa khusyu’.
Perubahan fungsi panca indera sebagai efek dari meditasi pada umumnya telah mengarah pada persoalan kegaiban. Misalnya orang dapat melihat sesuatu yang tidak ada wujud fisiknya, mendengar sesuatu, atau mencium sesuatu. Selain itu berbagai macam bentuk gejala paranormal juga sering terjadi. Dalam literatur-literatur Meditasi kejadian seperti ini banyak ditemui. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa ternyata kejadian-kejadian seperti itu bukan suatu tujuan bahkan tidak boleh di-inginkan oleh seorang pelaku Meditasi, karena akan mengganggu keikhlasan mereka dalam bermeditasi dan ingat kepada Tuhan.
Dari berbagai kasus di atas bahwa ASC yang terjadi dalam dunia meditasi pada umumnya bersifat positif, jauh dari gejala-gejala abnormalitas. Sehingga kalau ada orang yang mengatakan bahwa kalau melaksanakan laku Meditasi bisa membuat orang tidak waras, maka hal tersebut tidak benar.
Selain itu yang perlu dicatat di sini adalah mengenai fungsi ASC yang positif menurut beberapa literatur-literatur Psikologi Transpersonal, seperti untuk menyembuhkan, timbulnya pengetahuan dan pemahaman baru serta mempunyai fungsi sosial, ternyata hal tersebut banyak terjadi di dalam Meditasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar