SELAMAT DATANG DI WEBLOG QSP INDONESIA. HP. +6282-301433410 (Abi) # JADWAL: Diselenggarakan Hari XXX, Tempat: di xxx. Pkl. xxx WIB -

Sabtu, 16 Mei 2015

Quantum Spirituality Power


QSP memiliki pengertian Daya Spiritual yang tak terbatas. Istilah ini diambil dari pernyataan Heisenberg yang mengatakan bahwa realitas kuantum itu potensi tak terbatas (Kebenaran tidak terbatas). Kebenaran itu tidak terbatas tetapi pandangan kita mengenainya selalu terbatas. lagi-lagi yang dapat dilakukan oleh seorang pengamat Heisenberg paling-paling adalah menangkap sebanyak mungkin segi kebenaran segi kebenaran yang mendasarinya dengan jalan melontarkan sebanyak mungkin pertanyaan. Kini ilmu pengetahuan abad ke 20 mengundang kita menerima bahwa realitas dan kebenaran berada diluar jangkauan kita yang terbatas.

Banyak filosof abad 20 bersandar pada karya Einstein dan  Heisenberg untuk memberikan argumen yang paling kuat. Einstein membuktikan bahwa kita selalu terkunci didalam semacam kerangka ruang waktu individual. Prinsip ketidakpastian  Heisenberg mereka tegaskan membuktikan bahwa kebenaran itu semata-mata masalah cara kita memandang segala sesuatu dan pertanyaan apa yang kebetulan kita tanyakan.QSP Training mengemas dan mendesain sebuah Training Spektakuler mengungkap Kedahsyatan Energi Spiritual yang memiliki Energi tanpa batas untuk mengimbangi keadaan kehidupan orang sekarang dengan pendekatan Ilmu Pengetahuan dan Aplikasi Quantum yang begitu dahsyat manfaatnya bagi kehidupan seperti: Bisnis, Kelangsungan Sebuah Usaha, Perusahaan, Kesembuhan dan Kebahagiaan hidup yang sejati.   


Memahami metode mengaplikasikan Kuantum Energi Spiritual seperti di Training QSP dizaman sekarang merupakan proses berfikir kreatif melalui cahaya instuisi yang juga melibatkan usaha-usaha manusia yang bersifat mistis namun dapat dilibatkan pada bidang politik, pendidikan, filsafat, seni, ilmu pengetahuan, agama dan ekonomi. Kini kita telah sampai pada ambang fajar Zaman Baru namun kegelapan dan kabut yang menyelimuti planet kita sedemikian hebat !” Diharapkan dengan Meditasi ini kita mampu menghapus kegelapan  dan menyambut yang tak terbatas didalam hati ini guna memancarkan energi kasih sebagai jalan pembebasan dan kehidupan. 

Kemajuan peradaban manusia seharusnya memberikan kabahagiaan yang lebih banyak kepada manusia dalam hidupnya. Namun fakta yang terjadi malah sebaliknya bahwa sebagian ketenteraman itu ternyata semakin jauh, hidup semakin sulit, kesulitan material ternyata berubah menjadi beban mental dan psikis, jiwa semakin berat, kegelisahan, ketegangan, dan tekanan perasaan lebih sering dirasa dan menekan. Tragedi tersebut muncul disebabkan beberapa faktor diantaranya adalah kebutuhan hidup yang semakin meningkat, perasaan individualistik dan egois, persaingan dalam hidup dan keadaan lingkungan yang tidak stabil.

Menjelang akhir abad 20, usaha manusia untuk menemukan bagian yang hilang dari manusia mulai marak diseluruh dunia, maka terlihat dimana-mana perhatian orang terhadap ilmu-ilmu spiritual dan daya-daya psikis, khususnya dari hasil pemikir-pemikir spiritual timur yang sempat terpendam dan mulai diangkat kembali seperti: Zen, Reiki, Tao, Tai Chi, We Thang Kung, Yoga, Meditasi, dan Padzikiran yang kini kembali digali oleh mereka yang cinta dengan pengembaraan spiritual. Di negara kita “Indonesia” misalnya, bermunculan nama-nama lembaga yang merupakan pusat pembinaan mental dan spiritual seperti: Kata Hati Institusi, Anand Ashram, Training ESQ, Brama Kumaris, Mahatma, Pusat Meditasi Marianto, Bali Usada, Budi Suci, Training Shalat Khusyu’, dan Training QSP dsb. Demikian pula pemakaian obat penenang (perangsang) untuk memperluas pengalaman psikis, mistisme, hipnotis, meditasi, dan sikap mental kreatif memberikan gambaran bahwa umat manusia dewasa ini nampak semakin haus terhadap pengalaman dan pengembaraan ritual untuk ketenteraman jiwa.
 
Perubahan tersebut merupakan pergeseran sosial-budaya yang merupakan gejala alami dan manusiawi artinya: kehadirannya merupakan suatu sunatullah, meskipun kehadirannya harus melalui proses durasi waktu yang bersifat imutable (tidak bisa dirubah). Perubahan merupakan wujud dari adanya gerak dinamika kehidupan manusia yang tidak dapat dilepaskan dari dimensi ruang dan waktu. Perubahan merupakan juga hasil dari pemikiran manusia yang didesak oleh kebutuhan untuk terus melakukan perubahan, penemuan dan pembaharuan.

Seiring dengan perkembangan gerak kehidupan dan dinamika masyarakat, maka kondisi dan realitas telah menarik perhatian yang serius baik dari kalangan psikolog, spiritual, budayawan maupun para ahli yang bergerak dalam masalah-masalah kejiwaan, semua itu dalam rangka dan upaya memberikan orientasi dan memperkaya bekal pengetahuan manusia tentang potensi yang ada dalam dirinya sehingga bermanfaat secara potensial, khususnya dalam menghadapi kemajuan peradapan.

Dalam kenyataan bahwa pada umumnya kita telah memanfaatkan hanya sedikit saja dari potensi lahir dan bathin yang kita miliki. Seorang ilmuan mengatakan: “kemungkinannya 99% dari kemampuan manusia telah disia-siakan”. Saat ini walau banyak diantara kita memandang dari kebudayaan dan pendidikan, namun sebagian waktu yang dimiliki hanya dipergunakan untuk berbagai kegiatan seperti: mesin-mesin otomatis yang bekerja rutin dan hanya sekilas saja sempat memandang kepada sumber luar biasa manusia yang lahir dari alam bawah sadar manusia itu sendiri, yakni yang bersumber dari sakinatul qolbi atau ketenangan jiwa (Orang Jawa bilang: “Adem Ati”), yang harus terus terpelihara.

Sementara itu peradaban barat yang diagungkan oleh manusia modern lebih menitikberatkan perhatiannya pada dunia luar, melakukan kegiatan untuk mendominasi dan menaklukan alam, maka dengan perbuatan itu dihasilkanlah prestasi teknologi yang gemilang tetapi untuk itu mereka juga harus membayar dengan mahal. Di sisi lain dalam peradaban sedemikian canggih itu, maka pengalaman jiwa yang bermukim dalam diri sendiri itu hampir seluruhnya diabaikan. 

Fenomena bangkitnya spiritualisme atau mistisme sering pula di sebut sebagai kebangkitan new age (zaman baru) yang ditandai dengan pendekatan spiritual dalam memandang segala peristiwa. Spiritualisme kini sudah menjadi landasan hidup manusia khususnya di Timur, sejak ribuan tahun silam. Tapi spiritualisme kemudian menghilang karena perkembangan keilmuan barat yang rasionalis, hedonis, yang pragmatis yang bahkan spiritualisme tidak hanya berbicara rasio (mind) dan roh (spirit). Selanjutnya dikatakan bahwa  bibit spiritualisme dibawa ke barat khususnya Amerika sekitar tahun 50-an, iklim di Amerika ikut mempengaruhi cara pendalaman agama dan spiritualisme disana, dan bahasa yang digunakan tidak lagi simbolis. Di Universitas-universitas studi tentang hal ini berkembang sangat cepat dan mereka mulai mendalami dan mempelajari Zen, Budhisme, Tao dan Islam secara mendalam.

Gelombang spiritualisme yang sifatnya lintas agama ini kemudian menyebar keseluruh dunia yang kemudian menjadi trend di tahun 90-an, dimana ketika manusia semakin gelisah dan mulai mencari makna kehidupan yang lebih baik guna mencapai tingkat “Kesadaran Tinggi”.
  
Ilmu Psikologi telah berupaya menyingkap misteri jiwa manusia dan telah membantu manusia memahami dunia terdalam “kesadaran” dan “ketaksadaran”. Namun untuk benar-benar mengetahui dan mengenal diri kita sendiri adalah bahwa kita harus kembali pada “benih” atau ”inti” dari manusia. Bagi manusia pikiran-pikiran adalah benih-benih yang muncul dari jiwa itu sendiri yang memiliki bentuk dan identitas pribadi.

Jiwa bukanlah subyek yang bisa berubah layak-nya tubuh, jiwa merupakan pondasi kesadaran yang di-dalam-nya terdapat kepribadian, pikiran-pikiran, hasrat dan emosi.             

Jiwa adalah pengendali kesadaran yang akan mengatur segala sesuatu, semua pikiran, semua kata-kata dan semua tindakan yang dilakukan oleh badan. Jiwa adalah supir (pengemudi) dan badan adalah mobilnya. Dan untuk mengontrol lebih maksimum laju berjalannya mobil itu, maka pengemudi harus duduk ditempat yang tetap agar dapat mengakses, mengontrol dan mengambil keputusan (kebijakan) secara tepat dan cepat. Bagi kita muslim, pembersih dan penenang jiwa itu adalah Dzikrullah.
           


Tidak ada komentar:

Posting Komentar