APA ITU
MEDITASI ?
Selama 30 tahun meneliti Meditasi telah mempelajari
tentang akibat physiologic dari meditasi pada otak. Dengan melibatkan lima
praktisi meditasi lama, dilibatkan pada pembahasan, penelitinannya. Masing-masing praktisi tersebut diberi alat yang mampu
mendokumentasikan kerja otak bernama MRI. Masing-masing praktisi telah
mempraktekkan teknik kundalini, satu bentuk budaya timur dari bermeditasi
(Empat Tahun Bermeditasi). Sementara mereka para praktisi meditasi,
masing-masing diberikan satu alat MRI, dan dalam penelitian ini menunjukkan
area otak menjadi aktif yang berpangaruh pada metabolisme tubuh dan berdampak
tenang pada seseorang, dan hasil penelitian ini diterbitkan pada journal STROKE
di Amerika. Kita mengetahui meditasi menyebabkan
suatu kesantaian, hanya kita tidak dapat membuktikan ini. Kita mengetahui itu,
kalau cara Meditasi tersebut dilakukan dengan pengulangan, yang dapat dirasakan
adalah mampu membawa perubahan pada psikologis tubuh. Bukti pikiran yang
dihasilkan dari bermeditasi mampu mempengaruhi otak dan tubuh itu sendiri.
Peneliti
Harvard Herbert Benson, MD
Meditasi
adalah Pemfokusan Fikiran menuju status Kesadaran yang membawa nuansa
ketenangan, kejelasan, dan kebahagiaan, yang merupakan salah satu media dari
NSR (Natural Stress Reduction). Kita akan mendapat suatu stimuli yang membuat
kontrol pada kesadaran kita dan menyebabkan fisik kita menjadi santai dan
menghilangkan keletihan atau gangguan fisik dan psikis seperti kegelisahan dan
emosi negatif (Marah, Bimbang, dll). Dalam meditasi itu sendiri menunjukkan
suatu keadaan yang memusat atau disebut dengan konsentrasi. Ini merupakan tahap
awal dalam bermeditasi dan akan menempatkan perhatian kita pada fokus tertinggi
dan memusat. Meditasi dalam uraian klasik menjelaskan tentang perbedaan di
antara Konsentrasi dan Meditasi, yaitu seperti Minyak yang dituang dari satu
botol ke dalam satu mangkuk. Pertama minyak menetes keluar seadanya pada waktu
yang sama, ini adalah konsentrasi. Kemudian minyak keluar pada satu aliran
mantap dan tak putus-putus dalam menuangnya, inilah yang dinamakan Meditasi.
Kalau kita perhatikan ketika minyak keluar dan menetes jatuh lalu kita melihat
cipratannya dan itu yang diilustrasikan sebagai pengacauan pada saat kita
berkonsentrasi.
Meditasi berasal dari bahasa Inggris
“Meditation” yang diucapkan dalam bahasa Indonesia menjadi “Meditasi” atau juga
memiliki pengertian fokus conciouness “on one thing”, atau upaya pemusatan
secara serius kepada objek tertentu. Dalam istilah yoga desebut DHYANA, dalam
tradisi Cina disebut SIU LIAN, sedangkan dalam bahasa Sansekerta disebut
SAMADHI (semedi).
Segala percobaan yang dilakukan oleh dunia barat
dalam mengadopsi Meditasi ini, mereka menyebutnya “Trancendental Meditation”
(TM), yang artinya : Suatu perenungan dengan pemusatan fikiran dan membaca
mantra-mantra suci. Tetapi kini keberadaan dengan pemahaman yang berkembang
dalam riset-riset barat istilah “TM”, mulai hanya sering disebut dengan
“Meditation” tanpa disertai mantra-mantra yang terbungkus religius atau
keyakinan tertentu. Perkembangan dalam memahami Meditasi didunia barat akhirnya
cendrung dengan istilah-istilah Psikologi yang digunakan seperti Mindfulness,
Meditation, Trance, Hypnosis, Mind Power, Mindfulness dll. Tetapi kini secara
umum lebih dikenal dengan Meditation atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan
Meditasi.
Hening, Diam, tidak ada gerakan, tidak ada ambisi,
mata terpejam, dll. Salah satu gambaran dari seseorang yang melakukan pemusatan
konsentrasi pada saat bermeditasi, yang jelas bukan tidur! “para praktisi
psikologi menyatakan bahwa tidur merupakan proses psikologi yang tidak mungkin
dikurangi atau ditambah menurut kehendak kita dan bukanlah sekedar
beristirahatnya tubuh, tetapi juga suatu proses beristirahatnya aspek-aspek non
fisik, yakni: psikis, pikiran, perasaan dan seluruh aspek psikis.
Sedangkan Meditasi adalah proses energi memasuki
kondisi yang terbaik, paling utuh dan sempurna, tetapi terpelihara tingkat
kesadaran yang tinggi. Kondisi meditasi membuat tata syaraf, baik yang diatur
pusat syaraf sadar maupun syaraf otonom yang bekerja sendiri, membentuk satu
keselarasan (harmony) yang mengagumkan (dan dapat dirasakan oleh praktisi
meditasi yang cukup tekun dan serius).
Sehingga hasil penyegaran fisik maupun psikis yang
timbul melalui meditasi akan lebih besar dan cepat dicapai dari pada yang
sanggup diberikan proses tidur yang paling nyenyak sekalipun. Dalam latihan
meditasi umumnya menggunakan pernafasan yang paling halus atau yang lebih
dikenal dengan “Pernafasan Sutra” yang penarikan dan pengeluaran nafasnya
melalui hidung, sebab hidung mempunyai filter yang dapat mencegah
partikel-partikel yang tidak seharusnya masuk ke sistem pernafasan.
Lihatlah diri kita, ada sesuatu yang menarik
dengan ritme pernafasan kita, yaitu pada saat marah, stres, ketakutan dan
terburu-buru, keragu-raguan, tak sabar dan sikap mental lainnya, ternyata
pernafasan kita tak teratur atau tersenggal-senggal dan dalam kondisi manusia
demikian maka jika direkam alat medis yang bernama EEG, maka akan menunjukan
rekaman gelombang otak yang kacau atau tidak teratur.
Banyak penelitian yang membuktikan bahwa manusia
yang bernafas 16-20 kali/menit, Alat EEG menunjukan gelombang otak yang mudah
stress, gampang tersinggung, suka marah, dan menunjukan sikap refleksi negatif
lainnya, serta secara fisik juga menunjukan mudahnya terserang penyakit
disfungsional seperti: HB Darah rendah, maag, jantung, diabetes, sesak napas
dan alergi. Sementara mereka yang dalam bernapasnya 4 kali/menit, hasil alat
EEG menunjukkan teraturnya gelombang otak yang ada atau disebut “otak pada
gelombang ALPHA”. Dan secara mental orang tersebut menunjukan kesabarannya,
tidak mudah stres dan terserang penyakit.
Pelatihan meditasi pernafasan dengan sikap duduk
diam selama 30 menit yang dilakukan setiap hari (pagi & sore) dapat
mempengaruhi aspek fisik dan mental, dan terciptanya ketenangan jiwa yang akan
membantu keseimbangan antara rohani dan jasmani pada diri kita. Pada hakikatnya
sistem pernapasan yang dilatih dalam meditasi adalah “hipoxic anerobic” yaitu
melatih sel-sel tubuh agar tetap tegar dan dapat berfungsi normal, meskipun
dalam kondisi kekurangan oksigen. Oleh karena itu fungsi sel tubuh dengan
sendirinya menjadi lebih baik jika “O2” dapat diperoleh dalam jumlah yang normal.
Artinya, dalam kondisi oksigen yang normal maka tingkat kesehatan pelaku akan
menjadi lebih baik. Inilah sebabnya mengapa setelah berlatih meditasi peserta
bukan merasakan “lelah”, tapi malah merasakan “segar”, dan seolah-olah
kelebihan oksigen yang menyebabkan dirinya menjadi sehat.
Oksigen adalah zat satu-satunya yang sangat
dibutuhkan manusia yang tidak dapat ditimbun dalam tubuh, sehingga kebutuhannya
harus dipenuhi pada saat itu juga. Lambatnya aliran oksigen selama beberapa
menit saja, sudah dapat menyebabkan tamatnya riwayat hidup seseorang
(kematian). Oleh karena itu setiap manusia itu memang perlu dibuat menjadi
pintar mengambil dan memanfaatkan oksigen. Kegiatan meditasi sebenarnya
merupakan kebudayaan orang kuno sebagai proses dasar dalam mencapai
keseimbangan mental dan spiritual. Kebudayaan orang kuno ini mulai dikenal dan
dikembangkan melalui riset-riset orang barat sekitar tahun 1960-an, dengan
mengandalkan rasionalitas mereka yang ternyata menurut mereka meditasi sangat
berpengaruh pada kesehatan dan psikologi seseorang yang sering melatih
meditasinya. Beberapa pengalaman yang telah di buktikan pula, bagi mereka yang disiplin melatih
Praktek Meditasi ini, membawa dampak positip terutama dalam produktifitas kerja
dan kinerjanya, dan meningkatkan Sumber Daya Manusia, dengan menjadi manusia
yang bermanfat antar sesama dan menjadi makhluk yang selalu bersyukur.
Pernah ada suatu pembuktian pada gelombang otak
dan jantung seseorang yang sering melatih meditasinya pada suatu percobaan. Otak
pada pelaku meditasi di uji dengan alat yang bernama EEG
(ElectroEnchephalograf) dan menunjukan adanya peningkatan gelombang alfa
seseorang atau gelombang yang terdapat pada kondisi tubuh rileks. Begitu pula
pada sistem Kardiovaskulernya yang di uji dengan alat ECG (Electro Cardiograph)
menunjukan penurunan denyut jantungnya. Untuk itu meditasi sangat baik untuk
mereka penderita penyakit jantung. Dengan terciptanya kenyamanan jiwa dalam
bermeditasi sangat berpengaruh pada kesehatan fisik kita, terutama berpengaruhnya
hormon Hipotalamus dan bitotuori atau meningkatnya hormon anti stress yang
dihasilkan otak kita, yang berdampak pada kesehatan mental. Begitu pula adanya
peningkatan pada hormon Endorfin yaitu hormon seperti Morfin yang membuat diri
kita menjadi merasa nyaman, sehingga tercipta suatu kenyamanan dan ketenangan
dalam mencapai keseimbangan mental dan spiritual.
Jadi Meditasi bukanlah sesuatu yang sering menjadi
anggapan orang awam seperti, klenik
atau magic. Meskipun pengaruh
meditasi itu dapat mempengaruhi “Magic Power” atau “AURA” seseorang yang
disebabkan terjadinya kekompakan atau sinergisnya biolistrik seseorang menjadi
lebih besar pada pengaruh auranya, sehingga hukum kemagnetan pada setiap diri
kita akan memancar kuat yang berpengaruh pada daya kharisma / “Inner Beauty”
yang kuat, pada seorang pelaku Meditasi.
Penyakit orang sekarang erat kaitannya dengan
keadaan jiwa atau mentalnya. Maka proses pembentukan mental pada latihan ini
akan menunjukan perubahan fisik maupun mental yang sangat baik bagi pelaku
meditasi (Meditators). Mekanisme “defensife” yang dimiliki tubuh kita
membuktikan bahwa tubuh memiliki suatu respon dalam mengatasi suatu penyakit
lewat zat-zat atau hormon-hormon yang diperlukan untuk pemeliharaan zat
tersebut. Hasil pengolahan latihan pernapasan meditasi juga akan membuahkan
hasil seperti kita mengenal suatu gerakan reflek pada diri kita, bahkan seorang
atlit bela-diri yang setiap hari melatih gerakan pukulannya, yakni bertujuan
melatih kecepatan gerakan refleknya dalam memukul atau meninju. Gerakan reflek
adalah satu gerakan tiba-tiba yang tidak dapat dikontrol dan keluar secara
spontan. Respon hasil dari meditasipun akan nampak pada alam bawah sadar kita,
yang akan merespon segala tekanan emosional dalam diri, sehingga sikap atau pandangan
seseorang akan bijak dalam menghadapi segala tekanan hidup dan kehidupannya. Di
sisi lain juga akan terjadi suatu respon energi yang banyak manfaatnya dalam
kehidupan kita termasuk menolak serangan emosi jahat, penyakit dan gelombang
asing (orang melayu bilang: “Santau”).
Istilah respon rileksasi yang dihasilkan dari
berlatih meditasi adalah merupakan kemampuan bawaan tubuh untuk menciptakan
“suasana damai dan nyaman” yang diciptakan dari disiplin kita melatih meditasi.
Keadaan damai tersebut disertai efek positif dengan berkurangnya kecepatan
detak jantung, menurunnya kecepatan napas, menurunnya tekanan darah,
melambatnya gelombang otak, dan pengurangan seluruh dan menyeluruh kecepatan
metabolisme yang tidak berdampak membahayakan dan menghilangkan perasaan-perasaan
gelisah atau stress.
Hasil penelitian Herbert Benson & William
Proctor, stimulasi relaksasi yang paling baik adalah dengan cara “Faith Factor”
(faktor keyakinan), yaitu dengan cara menggabungkan 3 metode dalam bermeditasi,
yakni: Memusatkan fikiran (Konsentrasi), Pengaturan nafas, dan mengucapkan
mantra-mantra suci bagi muslim (Dzikrullah) yang ternyata dapat memberikan efek
seluruh tubuh menjadi rileks, sehat dan damai dalam berfikir (Istilah meditasi:
“Sadar Dalam Kesadaran”). Sementara dari beberapa sumber data yang dikumpulkan juga menunjukkan
terjadinya suatu “terapy aktif” pada diri atau suatu perubahan kesehatan secara
alami seperti: Menghilangkan sakit kepala, Mengurangi tekanan darah dan
membantu mengurangi gejala Hipertensi, mempertajam kreatifitas, terutama pada
saat mengalami hambatan mental, menghilangkan Imsomnia (sulit tidur),
mengurangi sakit punggung, meningkatkan terapi kanker, Mengendalikan serangan
panik, Menurunkan kolesterol, Mengurangi gejala kecemasan, seperti: mual,
muntah, diare, sembelit, cepat marah dan minder, mengurangi stress secara
keseluruhan, meraih kedamaian diri dan keseimbangan emosi yang lebih tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar